My EKO Notes

Materi Seputar Ekonomi

Biaya Standar


BIAYA STANDAR
A.    PENGERTIAN BIAYA STANDAR
Pengertian biaya standar menurut para ahli
1.    L.M. Syamrin
Standar biaya menunjukkan jumlah biaya penggunaan waktu atau bahan yang akan terjadi. Standar-standar diatas dapat digunakan oleh manajemen untuk mengendalikan biaya melalui proses eliminasi pemborosan dan efisiensi.
2.    Ari Purwanto dan Darsono P.
Biaya standar adalah biaya yang ditetapkan lebih dahulu sebelum proses produksi dimulai, atau sebelum suatu kegiatan dimulai.
3.    Armanto Witjaksono
Biaya standar adalah biaya yang telah ditentukan sebelumnya untuk memproduksi satu unit atau sejumlah tertentu produk selama suatu periode tertentu
4.    Sedangkan menurut Mulyadi
Dalam bukunya “Akuntansi Biaya” mendefinisikan biaya standar sebagai berikut : “Biaya satandar adalah biaya yang ditentukan dimuka, yang merupakan jumlah biaya yang seharusnya dikeluarkan untuk membuat satu satuan produk atau untuk membiayai kegiatan tertentu, dibawah asumsi kondisi ekonomi dan faktor-faktor lain tertentu.” (2000 : 415)

            Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa, biaya standar adalah jumlah biaya yang ditentukan terlebih dahulu untuk memproduksi suatu unit atau sejumlah unit dalam satu periode tertentu.
            Dalam menetapkan suatu standar, factor pertama yang perlu dipertimbangkan adalah kapasitas faktor-faktor yang digunakam dalam proses produksi. Dalam penyusunan standar kemudian dikenal standar ideal dan standar praktis.
            Standar ideal adalah standar yang mungkin terjadi dalam keadaan tidak ada kerusakan mesin atau interupsi lain dalam pekerjaan yang membutuhkan efisiensi tinggi sepanjang waktu. Dalam standar ideal setiap factor produksi akan bekerja pada kapasitas penuh.
            Standar praktis adalah standar yang mungkin ditetapkan dengan asumsi bahwa mesin bekerja normal dengan interupsi atau penghentian sementara dalam pelaksanaan pekerjaan. Standar ini dapat dicapai melalui usaha yang efisien dan rasional oleh pekerja dalam suatu penugasan yang ketat, dan terukur. Dalam penggunaan standar praktis diasumsikan bahwa semua factor produksi akan bekerja pada kapsitas normal.
            Factor lain adalah kondisi ekonomi makro yang memengauhi harga bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya lain-lain termasuk pengalaman masa lalu. Hasil proyeksi tersebut disusun dalam sebuah kartu biaya standar.
            Kartu biaya standar ini merupakan suatu daftar perinci yang memuat data tentang taksiran sejumlah bahan, tenaga kerja dan overhead yang akan digunakan untuk menghasilkan satu unit produk dikalikan dengan harga standar atau tariff yang telah ditetapkan untuk tiap elemen biaya.
Contoh :
Kartu Biaya Standar
Input
Bahan Baku
Tenaga Kerja Langsung
Overhead Variabel
Kg/Jam
6 Kg
5 Jam
5 Jam
Harga/Tarif
Rp. 1.000,-
Rp. 3.500,-
Rp. 750,-
Total
Rp. 6.000,-
Rp. 17.500,-
Rp. 3.750,-



Rp. 27.250,-

            Dalam daftar tersebut kolom input berisi elemen biaya produksi, kolom kuantitas/jam standar, tariff standar, dan biaya standar yang merupakan perkalian antara kuantitas/jam standar dengan tariff standar.
            Biaya standar tersebut terdiri dari komponen :
     
            Bahan Baku 6 Kg@ Rp. 1.000,- = Rp. 6.000,-
            Tenaga Kerja Langsung 5 Jam @ Rp. 3.500,- = Rp. 17.500,-
            BOP Variabel 5 Jam @ Rp. 750,- = Rp. 3.750,-

            Standar tersebut kemudian akan dijadikan patokan ukuran kineja dalam pelaksanaan proses produksi. Dalam industry yang membutuhkan banyak komponen bahan baku, tenaga kerja dan overhead dalam proses produksinya sebagai pendukung kartu biaya standarnya dapat dibuatkan perincian kartu-kartu biaya tambahan yang berfungsi sebagai suplemen bagi kartu biaya standar diatas.
            Factor-faktor yang perlu dipertimbangkan untuk menyusun sebuah kartu biaya standar meliputi :
1.      Data biaya yang diperoleh dari pengalaman masa lalu
2.      Harga pasar barang dan jasa tenaga kerja saat ini
3.      Kontrak kerja/pemasokan barang yang telah disepakati, dan
4.      Estimasi kondisi ekonomi yang akan berpengaruh pada realisasi anggaran
            Dalam menyelenggarakan fungsi kontrolnya setelah pelaksanaan produksi manajemen akan melakukan perbandingan antara standard an realisasinya selisih dari standar dengan realisasi itu disebut dengan varians.



B.     ANALISIS VARIANS
      Varians adalah selisih antara harga dan kuantitas standar dengan harga dan kuantitas sesungguhnya. Selisih seperti ini merupakan hal yang biasa saja kejadiannya dalam pelaksanaan anggaran atau suatu standar.
      Hal yang perlu diperhatikan adalah factor apa saja yang menyebabkan selisih tersebut agar dapat diusahakan sehingga jumlahnya tidak lepas kendali dan menjadi terlalu besar. Sebagai langkah antisipasi dalam pengendaliannya selisih tersebut harus dapat diukur.

1.      Varians Bahan Baku
Selisih bahan baku merupakan selisih antara realisasi biaya pemakaian bahan baku dengan Standar yang di dapatkan. Standar bahan baku biasanya di nyatakan dalam estimasi volumeBahan baku dan biaya-biaya yang berhubungan dengan penggunaan bahan baku tersebut,Selisih bahan baku terdiri dari selisih harga dan selisih kuantitas.
Misalkan pada bulan juni 2012 perusahaan membeli 637 kg bahan baku dengan harga Rp 875,- per kg bahan baku dengan standar harga Rp 1.000 per kg.
Selisih harga merupakan perbedaan dengan harga per unit sesungguhnya dengan harga standar per unit di kalikan dengan barang atau jasa yang sesungguhnya digunakan. Apabila digunakan dalam menghitung selisih biaya tenaga kerja, maka selisih ini di sebut selisih tariff.
Dalam kolom 1dan 2, analisis di atas telah di hitung selisih harga bahan baku ntara harga standar Rp. 1.000.,dengan harga sesungguhnya Rp 875,- untuk volume atau kuantitas pembelian sesungguhnya sejumlah 637 kg. jika realisasi fisik bahan baku di beli dengan harga Rp 875,-per kg. maka biaya bahan baku menjadi RP 557.375,-dengan perhitungan, sebagai berikut:
           
            AQ x AP
            = (91 unit x 7 Kg) X Rp. 875,-
            = Rp. 557.375,-
Jika realisasi bahan baku dibeli dengan harga Rp. 100.000,- per Kg maka biaya tambahan bahan baku menjadi Rp. 637.000,- dengan perhitungan sebagai berikut.
            AQ x SP          = (91 unit x 7 kg) x Rp. 100.000,-
                                    = RP. 637.000,-
Selisish kedua perhitungan ini merupakan selisih harga Rp. 79.625,- yang disebabkan perbedaan harga menurut standard an realisasinya jika diterapkan pada satu realisasi pemakaian fisik bahan baku. Perhitungan tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut.
            Selisih harga    = (AQ x AP) – (AQ x SP)
                                    = AQ ( AP – SP)
                                    = (91 unit x 7 kg) x (Rp. 875,- - Rp. 1.000,-)
                                    = 637 Kg x Rp. 125,-
                                    = Rp. 79.625,- (F)
Menurut standar harga klau di beli 637 kg maka total haraga akan sama dengan 637 x Rp 1.000,- atau  sama dengan Rp 637.000,-. Ternyata realisasi harga beli hanya Rp 875,-per kg atau Rp 125,- lebih rendah. Secara keseluruhan, realisasi pembelian menjadi 637 x Rp 875,- = Rp 557.375,-. Dengan demikian standar biaya lebih besar dari realisasinya atau terjadi penghematan sehingga terdapat selisih harga yang menguntungkan sebesar Rp 79.625,-.  Selisih ini bisa juga di hitung langsung dengan Rp 557.375,- --  Rp 637.000,-. Dari segi akuntansi pertanggung jawaban selisih harga menjadi tanggung jawab departemen pembelian.
Selisih kuantitas bisa juga di senut varians pemakaian atau varians efisiensi. Varians ini merupakan perbedaan kuantitas input sesungguhnya dengan kuantitas input yang seharusnya terpakai pada level kuantitas output yang di capai di kalikan dengan harga standar per unit. Seperti  halnya selisih harga, selisih kuantitas juga di nyatakan dalam satuan mata uang.
Dalam kolom 2 ananlisis di atas telah di hitung kuantitas bahan bahan baku sesungguhnya terpakai  637 kg. setelah di kalikan dengan harga stansar Rp 1.000,-per kg, biaya bahan baku menjadi Rp 637.000,- pada kolom 3 standar kuantitas bahan baku 600 kg biaya bahan baku menjadi harga Rp 600.000,-dengan formulasi perhitungan sebagai berikut:
            = SQ x SP
            = (100 X 6 kg) x Rp. 1.000,-
            = Rp. 600.000,-
            Berdasarkan dua perhitungan tersebut maka seslisih kuantitas yang berasal dari perbedaan kuantitas standard an realisasinya jika dikaliakan dengan harga standar nebghasilkan sesilih biaya bahan baku sebesar Rp. 37.000,- selisih tersebut dapat dihitung dengan formulasi, sebagai berikut
            Selisih Kuantitas         = (AQ x SP) – (SQ x SP)
                                                = (SQ – AQ) x (SP)
                                                = [(100 unit x 6 kg) – (91 unit x 7 kg)] x Rp. 1.000
                                                = ( 600 kg – 637 kg) x Rp. 1.000,-
                                                = 37 kg x Rp. 1.000,-     = Rp. 37.000,- (U)  
            Menurut realisasi kuantitas kalau di beli dengan harga Rp 1000,- per kg maka total biaya bahan baku akan sama dengan 637 kg x Rp 1.000,- atau sam dengan Rp 637.000,- (Kolom 2). Realisasi pembelian 37 kg lebih banyak dari yang di rencanakan.jika menggunakan standar harga Rp 1.000,- per kg maka secara keseluruhan anggaran pembelian menjadi 600 x Rp 1.000 = Rp 600.000,-(Kolom 2). Dengan demikian standar biaya lebih kecil dari realisasinya atau terjadi pemborosan sehingga terdapat selisih harga yang merugikan sebesar Rp 637.000,- - Rp 600.000,- = Rp 37.000.,-
            Dari segi akuntansi pertanggung jawaban selisih kuantitas  menjadi tanggung jawab departemen produksi karena sekalipun kuantitas  tersebut di proleh melalui kinerja departemen pembelian tetapi departemen ini hanya melaksanakan intruksi dari pepartemen yang membutuhkan bahan baku. Departemen produksi memiliki akses langsung pada perencanaan, dan realisasi, pemakaian bahan baku.
            Kombinasi hasil analisis selisih dari 2 komponen harga  dan kuantitas di atas selanjutnya di jumlahakan untuk menentukan selisish bersihnya. Selisih harga menguntungkan Rp 79.625,- dijumlahakan dengan  selisih kuantitas yang rugi Rp 37.000,- dapat diformulasikan menjadi Rp 37.000,- - Rp 79.625,- = - Rp 42.625,- (F).
            Para mahasiswa pemula dalam bidang ini perlu mencatat bahwa penggunaan istilah selisih rugi ataupun menguntungkan dalam konteks ini tidak berkaitan dengan transfer produk kepada pihak pelanggan. Perhitungan selisih tersebut terbatas pada perbandingan antara standar biaya yang di tetapkan dengan realisasi biaya sebagai indicator efisiensi dan efektifitas pelasanaan standar.  Apabila terjadi realisasi biaya yang lebih kecil dari standar , maka selisihnya di sebut selisih menguntungkan (favorable). Sebaliknya, apabila biaya realisasinya lebih besar dari standar maka si sebut selisih tidak menguntugkan (unfavorable).
            Berdasarkan data standar dan realisasi bahan baku di atas selanjutnya dapat di buat analisis  varians harga dan kuantitas dengan menggunakan model di bawah ini.

Kuantitas INPUT
Sesunggunya pada harga
Sesungguhnya AQ x AP
(1)
Kuantitas input sesungguhnya
Pada harga standar
AQ x SP
(2)
Kuantitas standar pada
Harga standar
AQ x AP
(3)
(91 x 7 kg) x 875,-
Rp. 557.375
(91 x 7 kg) x 1.000,-
Rp. 637.000,-
(1.000 x 6 kg) x 1.000,-
Rp. 600.000,-

(1 -2 )
Selsih harga
-  Rp. 79.625

(2 – 3)
Selisih kuantitas
Rp. 37.000,-

 


(1-2) + (2-3)
Total varians
-Rp. 42.625,-
(F)
Keterangan :
AQ = Kuantitas sesungguhnya, AP = Harga sesungguhnya, SQ = Kuantitas standar
SP = Harga standar, F = selisih menguntungkan, U = Selisih tidak menguntungkan.

PT HAMAIHAKO, Inc
LAPORAN KINERJA – DEPARTEMEN PEMBELIAN
kuantitas  yang dibeli (a)
harga sesungguhnya (b)
harga standar (c)
selisih harga d (b – c)
total varians harga e (a x d)
…………………………………………..      637 kg
………………………………………….. Rp. 875,-
………………………………………….. Rp. 1.000,-
………………………………………….. Rp. 125
………….………………………………..Rp. 79.625,-

Selisish harga yang menguntungkan dapat disebabkan oleh :
-          Proses tawar menawar sampai pada harga menguntungkan
-          Penurunan  harga normal dalam perekonomian
-          Potongan karena pembelian dalam volume besar
-          Penawaran dari pemasok dengan kualitas produk yang lebih rendah
Namun demikian, secara umum selisih harga lebih sering digunakan sebagai ukuran kemampuan meramalkan daripada sebagai ukuran kegagalan membeli pada tingkat harga tertentu.
PT HAMAIHAKO, Inc
LAPORAN KINERJA – DEPARTEMEN PEMBELIAN
Harga standar (a)
kuantitas sesungguhnya (b)
kuantitas standar (c)
selisih kuantitas d (b – c)
total varians kuantitas e (a x d)
…………………………………Rp.1.000,-…………………………………  637 kg
…………………………………. 600 kg
………………………...………     37 kg
……………………………….  Rp. 37.000,- (U)


Selisih kuantitas yang tidak menguntungkan dapat disebabkan oleh :
-          Adanya bahan kelas dua yang tidak cocok untuk produksi.
-          Kesalahan prosedur pengadaan atau penanganan produk yang di beli.
-          Kesalahan penggunaan formula atau desain produk dalam proses produksi.

2.      Selisih Tenaga Kerja Langsung
Selisih tenaga kerja langsung merupakan selisih antara realisasi pembayaran biaya tenaga kerja dengan standar yang di tetapkan. Standar tenaga kerja ini biasanya di nyatakan dalam jumlah jam tenaga kerja yag di perkirakn dan biaya-biaya yang berhubungan dengan penggunaan tenaga kerja tersebbut.
Karena  tenaga kerja langsung merupakan komponen biaya produksi langsung, maka proyeksi biaya tenaga kerja langsung juga di kaitkan dalam jumlah unit produksi yang di rencanakan. Hasil perbandingan standar dengan realisasi biaya tenaga kerja langsung dapat di identifikasi sebagai selisih tarif tenaga kerja langsung dan selisih efisiensi tenaga kerja.
Selisih tarif tenaga kerja langsung.  Selisih tariff tenaga kerja sama dengan jumlah jam sesungguhnya terpakai di kalikan dengan selisih antara tarif upah standar dengan tarif upah sesungguhnya. Selisih rugi tenaga kerja dapat di sebabkan oleh realisasi pembayaran tenaga kerja yang terlalu tinggi untuk melaksanakan pekerjaan-pekerjaan yang pembayarannya. Berskala lebih rendah. Selisih ini dapat di hitung dengan menggunakan rumus:
            Selisih tarif tenaga kerja = JTKS x (Tarif standar – Tarif sesungguhnya)
Dengan demikian selisih tariff tenaga kerja langsung bulan juni 2012 menjadi Rp. 136.500,- dengan perhitungan sebagai berikut :

            Selisih tarif tenaga kerja          = (91 unit x 6 jam) x (Rp.3.500 – Rp.3.250,-)
                                                            = 546 jam x Rp. 250,-
                                                            = Rp. 136.500,-
Selisih efisiensi tenaga kerja merupakan ukuran mengenai produktifitas tenaga kerja. Selisih standar dengan realisasinya menguntungkan apabila para pekerja mampu menyelesaikan prosuksi yang dijadwalkan dalam waktu yang lebih pendek disbanding dengan standar yang ditetapkan. Sebaliknya selisih diangggap tidak menguntungkan.
Selisih efisiensi tenaga kerja untuk contoh kasus diatas dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
Selisih efisiensi tenaga kerja = tariff standar x (jam standar – jam sesungguhnya)
Selanjutnya dengan menggunkan rumus diatas selisih efisiensi tenaga kerja pada bulan juni 2012 menjadi Rp. 161.000,- dengan perhitungan sebagai berikut :
            Selisish efisiensi tenaga kerja = Rp. 3.500,- x [(100 x 5 jam) – (91 x 6 jam)]
                                                             = Rp 3.500,- x (500 jam – 546 jam)
                                                             = Rp. 3.500 x -46 jam
                                                             = Rp. 161.000,- (U)
Berdasarkan data standar dan realisasi tariff tenaga kerja diatas dapat dibuat analisis varians tariff dan efisiensi jumlah jam kerja dengan menggunakan model dibawah ini :
jam sesunggunya pada tariff sesungguhnya
AH x AR
(1)
Jam sesungguhnya
Pada tarif standar
AH x SR
(2)

Jam standar pada
tarif standar
SH x SR
(3)
(91 x 6 jam) x 3.250,-
Rp. 1.774.500,-
(91 x 6 jam) x 3.500,-
Rp. 1.911.000,-
(100 x 5 jam) x 3.500,-
Rp. 1.750.000,-

(1 -2 )
Selsih tarif
-  Rp. 136.500,- (F)

(2 – 3)
Selisih efisiensi
Rp. 161.000,- (U)

 


(1-2) + (2-3)
Total varians
-Rp. 24.500,-
(F)
Berdasarkan kombinasi hasil perhitungan kedua selisih antara standard an realisasi biaya tenaga kerja langsung diatas maka ditemukan total selisih rugi sebesar Rp. 24.000,-
Hasil-hasil perhitungan kuantitatif ini merupakan transformasi dari aktivitas penggunaan tenaga kerja oleh perusahaan. Varians tenaga kerja langsung Rp. 24.500,- dapat di pengaruhi oleh aktivitas yang berimplikasi pada tariff dan efisiensi penggunaan sumber daya.
            Selisih tarif dapat dipengaruhi oleh:
1.      Kompromi dengan serikat pekerjaan untuk industri tertentu atau dari internal perusahaan.
2.      Perubahan tariff tenaga kerja karena biaya lembur untuk pekerjaan yang memerlukan waktu penyelesaian yang mendesak.
3.      Variasi tariff penggunaan tenaga terampil, senior-junior, outsourcing, ekspatriat atau sejenisnya.
            Selisih efisisensi dapat di pengaruhi oleh:
1.Variasi jam kerja lembur
2. Pengawasan absensi pegawai pada tiap workstation
3.Optimalisasi jadwal produksi yang memengaruhi jumlah jam tenaga kerja
            Dengan mengidentifikasi factor-faktor penyebab seperti, ini manajemen dapat membuat kebijakan yang menciptakan varians yang lebih menguntungkan bagi perusahaan dengan cara yang juga memenuhi harapan para tanaga kerja.
3.   Selisih Overhead Pabrik
Selisih biaya overhead pabrik merupakan selisih antara biaya overhead pabrik sesungguhnya dengan biaya overhead standar yang dibebankan kepada prosuk. Varians overhead pabrik dapat diidentifikasi dalam bentuk varians pembelanjaan dan varians volume. Analisis varians ini agak berbeda dengan dua analisis varians yang dibahas diatas. Biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung hanya memiliki satu perilaku biaya variable saja.
      Biaya overhead pabrik mengandung dua unsur  biaya tetap dan biaya variable sekaligus. Dalam analisis varians biaya overhead, kuantitats merupakan aktivitas merupakan dasar alokasi untuk overhead. Sementara,   tarif overhead merupakan porsi variable yang juga ditentukan di muka. Varians overhead dapat di indentifikasi dalam varians pembelanjaan overhead dan varians overhead. Jika alokasi overhead didasarkan  pada pemakaian bahan baku maka total selisihnya dapat dihitung dengan tahap seperti di bawah ini. Varians pembelanjaan overhead vartiabel. Varians ini merupakan perbedaan antara realisasi biaya overhead variable dengan standar  overhead variable dapat di hitung dengan menggunakan rumus:
      Varians Pembelanjaan Overhead = JOS x ( Tarif sesungguhnya – Tarif standar)
Dengan varians pembelanjaan overhead variable bulan juni 2012 menjadi Rp. 23.700,- dengan perhitungan dibawah ini :
      VPOV       = (91 unit x 6 jam) x ( Rp. 700 – 750)
                        = 546 jam x (-Rp.50,-)
                        = -Rp. 27.300 (F)
      Varians pembelanjaan  berpotensi timbul dari:
·         Tingkat keekonomian biaya operasi dan pembeliharaan mesin produksi.
·         Tingkat kemampuan mengendalikan biaya bahan sisa ataua produk cacat.
·         Pengendalian korelasi biaya overhead dengan output.
      Varians volume overhead. Varians volume overhead menunjukkan selisih antara overhead terpakai untuk barang dalam proses menurut biaya standar  dengan taksiran overhead yang di hitung berdasarkan volume produksi sesungguhnya. Selisih standar dengan realisasinya di anggap menguntungkan jika departemen produksi mampu menyelesaikan produksi yang di jadwalkan dalam satuan ukuran yang lebih efisien disbanding standar yang ditetapkan. Sebaliknya, bvarians dianggap tidak menguntungkan. Varians volume overhead variable untuk contoh kasus di atas dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
      Varians Volume overhead      = Tarif standar x (jam sesungguhnya – Jam standar)
Dengan ini varian VOV pada bulan juni 2012 menjadi Rp 34.500,- dengan perhitungan sebagai berikut :
      Varians volume overhead variable            = Rp 750,- x [(91 x 6) – (100 x 5)]
                                                                        = Rp. 750,- x (546 jam – 500 jam)
                                                                        = Rp. 750,- x 46 jam
                                                                        = Rp. 34.500,- (U)
      Varians volume overhead variable dapat disebabkan oleh :
-          Penggunaan kapasitas mesin pada tiap kelompok produk
-          Frekuensi pemeliharaan yang berhubungan dengan umur mesin yang digunakan dalam prosuksi
-          Kepatuha pegawai pada kebijakan penggunaan sumber daya pabrik secara produktif
      Dengan menjumlahkan kedua varians overhead maka kombinasi hasil perhitungan kedua varians standard an realisasi biaya overhead variable diatas ditemukan total varians sebesar (-Rp.23.000,- + Rp.34.000,-) atau sebesar Rp. 7.200,- secara skematis pencarian perhitungan dan total biaya varians biaya overhead pabrik variable diatas dapat disajikan dalam model analisis varians dibawah ini :
jam sesunggunya pada tarif sesungguhnya
AH x AR
(1)
Jam sesungguhnya
Pada tarif standar
AH x SR
(2)

Jam standar pada
tarif standar
SH x SR
(3)
(91 x 6 jam) x 700,-
Rp. 382.200,-
(91 x 6 jam) x 750,-
Rp. 409.500,-
(100 x 5 jam) x 750,-
Rp. 375.000,-

(1 -2 )
Selsih tarif
-  Rp. 27.300,- (F)

(2 – 3)
Selisih efisiensi
Rp. 34.500,- (U)

 


(1-2) + (2-3)
Total varians
-Rp. 7.200,-
(U)

      Varians biaya overhead tetap. Pada dasarnya perhitungan varians biaya overhead tetap relative lebih mudah dari biaya variable karefna cukup mengurangkan total nilai realisasi dengan nilai standarnya. Alasannya, jumlah biaya ini lebih berpengaruh oleh kebijakan dan tidak di pengaruhi oleh volume aktivitas. Namun mengingat varians anggaran atau standar seperti ini dapat disebabkan oleh kesalahan penaksiran awalnya maka untuk biaya ini perlu juga dibuat analisis varians serapan overhead pada tiap unit produk.
      Untuk membuat analisi varians biaya overhead tatap dapat dilihat kembali data realisasi biaya pada kasus PT Hamaihako sebesar Rp. 40.500,- dari anggaran biaya overhead pabrik tetgap sebesar Rp. 410.000,-. Atau total varians overhead tetap sebesar Rp. 500,-
      Jika Overhead di bebankan langsung pada volume output maka dari data ini dapat dihitung tariff standar sebesar Rp. 410.000,-/100 kg atau Rp. 4.100,-/kg. sementara realisasinya berjumlah Rp. 40.500,-/1 kg atau Rp. 4.500,-/kg output. Dengan demikian jumlah overhead terpakai pada tariff standar akan berjumlah Rp. 373.100,- yang dapat di peroleh dari hasil perkalian 1 kg realisasi volume produksi  dengan tariff standar overhead sebesar Rp. 4.100,- . dengan data ini maka penjumlahan vartians pembelanjaan RP. 36.400,- dan varians volume overhead Rp. 36.900,- tetap menjadi :
      Total varians biaya overhead tetap :
      = (409.500 – 373.100) + ( 373.100 – 410.000)
      = Rp. 36.400 – Rp. 36.900
      = - Rp. 500,- (F)
      Total varians biaya overhead. Ika elemen varians biaya overhead pabrik variable digabungkan dengan varians biaya overhead tetap maka total varians biaya overhead dapat dihitungn dengan prosedur dibawah ini :
Anggaran overhead pabrik pada tarif standar – volume produksi 100 unit :
Biaya overhead tetap……………………………………
Biaya overhead varabel (100 kg x 5 jam x 750,-) ……
Total (a)……………………………………………….
Rp. 410.000,-
Rp. 375.000,-
Rp. 785.000,-


Biaya Overhead sesungguhnya – volume produksi 91 kg

Biaya overhead tetap ………………………………....
Biaya overhead varabel (91 kg x 6 jam x 700,-) …..…
Total (b) ……………………………………..……….
Rp.409.500,-
Rp.382.200,-
Rp.791.700,-

Total varians biaya overhead (U) (a – b)……………..
Rp. – 6.700,-

Total varians Rp. – 6.700,- juga dapat dianggap sebagai hasil penjumlahan varians overhead variable Rp. 7.200 – dengan biaya overhead tetap Rp. 500,-. Hasil-hasil perhitungan diatas dapat disajikan dalam model analisis varians berikut ini :
Overhead sesungguhnya
Overhead terpakai pada tariff standar
Overhead standar

Biaya tetap          409.500
Biaya variable     382.200
Total                    791.700
Biaya tetap         373.100
Biaya variable    409.500
Total                    782.600
Biaya tetap          410.000
Biaya variable     375.000
Total                    785.000

Varians pembelanjaan
Rp. 9.100,- (U)

Varians volume
- Rp. 2.400,- (F)

Total varians
-Rp. 6.700,- (U)
Analisis varians biaya overhead ini merupakan tindak lanjut dari pembahasan tentang kelebihan dan kekurangan pembebanan overhead terhadap barang dalam proses.
C.    Tanggung Jawab Varians
Dari analisis  varians ketiga elemen biaya standar  yang terdiri dari biaya bahan biaya bahan baku, tenaga  kerja langsung, dan overhead  secara umum dapat dilihat  bahwa suatu varians bahan baku misalnya, terlihat bahwa terdapat selisih laba atau rugi  secara keseluruhan. Dengan menggunakan model ini  varians tersebut dapat dianalisis  lebih perinci lagi  untuk mengetahui penyebab varians.
Hasil analisis ini juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi pusat pertanggungjawaban  yang menangani kegiatan oprasinya. Dengan demikian model ini  sekaligus dapat digunakan  sebagai alat analisis kinerja jangka pendek bagi pusat-pusat pertanggungjawaban yang sedang dievaluasi kinerjanya.
      Daftar manajer yang bertanggung jawab  untuk tiap varians dapat dilihat dalam peraga 10-4 dibawah ini.
VARIANS
MANAJER YANG BERTANGGUNG JAWAB
Bahan baku:
Varians harga            
Devisi pembelian
Varians kuantitas
Manajer produksi
Tenaga kerja:
Varians tarif

Manajer produksi
Varians efisiensi
Manajer produksi
Overhead:
Varians pembelanjaan
Manajer produksi - bila varians berhubungan dengan biaya yang dapat dikendalikan
Varians volume

Tergantung pada kasusnya. Varians ini berasal dari penjadwalan produksi pada berbagai level.
Penyelenggaraan analisis varians merupakan masalah sensitif  sehingga memerlukan kehati-hatian. Analisisnya dapat mendorong umpan baik pengembangan pada bidang yang dianggap potensial. Sebaliknya hasil penilaian  varians yang tidak mengumtungkan dapat memberi umpan balik penurunan skala  pada aktivitas oprasi, investasi dan bahkan pada sumber daya manusia dan infrastruktur lainya. Kesalahan memilih pendekatan dapat berakibat kontra  produktif bagi organisasi perusahaan.
D.    Manfaat Dan Kelemahan Biaya Standar
Standar dapat dipandang sebagai biaya yang dianggarkan untuk satu unit produk. Secara umum telah diuraikan di atas bahwa manajemen dapat memanfaatkan anggaran sebagai sarana formalisasi perencanaan sebagai kerangka acuan dalam bekerja, serta sebagai sarana komunikasi dan koordinasi. Formalisasi tanggung jawab manajer untuk perencanaan, mendorong mereka untuk berpikir ke depan. Suatu standar merupakan harapan ke depan yang menjadi kerangka dalam mengendalikan kinerja.
Anggaran dapat membantu para manajer dalam mengoordinasikan langkah-langkah mereka. Dengan demikian tujuan umum organisasi akan menjadi harmonis dengan tujuan dan aktivitas tektis dan operasional dari bagian-bagiannya.
Sebagai unsur dasar penyusunan anggaran serta sebagai alat perencanaan dan pengen-dalian manajemen dapat memperoleh manfaat dari standar sebagai berikut:
·         Dengan mengggunakan standar, maka memungkinkan pula bagi manajemen untuk peng-gunaan konsep management by exception. Berdasarsakan hasil analisis, pencapaian standar manajemen dapat mengidentifikasi penyebab penyimpangan dari standar dan selanjutnya mengarahkan perhatian yang lebih banyak pada langkah-langkah untuk memperbaiki penyimpangan.
·         Memudahkan perencanaan  kas dan persediaan. Dengan adanya standar pelaksanaan pekerjaan cenderung menjadi lebih terjadwal. Secara sistematis penjadwalan tersebut akan memengaruhi keputusan mengenai saat pengeluaran dan penerimaan kas serta pengadaan bahan baku dan pemakaiannya sesuai dengan jadwal yang ditetapkan dan jumlah yang dibutuhkan.
·         Meningkatkan penghematan dan efisiensi. Pekerjaan yang terjadwal baik memungkinkan pembelanjaan yang tepat waktu sehingga tidak terjadi pengangguran sumber daya. Mi-salnya pengadaan persediaan yang tepat waktu dapat menghindari biaya modal yang tidak perlu karena pengadaan bahan yang belum terpakai.
·         Dengan menggunakan grafik standar biaya dapat dibandingkan secara baik dengan realisasinya, sehingga manajemen dapat melakukan tindakan yang proaktif untuk meng-hindari fluktuasi biaya yang mengarah kepada efek yang tidak efisien.
·         Lebih sederhana dan ekonomis dalam pengoprasian karena kontrol dilakukan atas dasar hitungan unit
·         Membantu implementasi akuntansi pertanggungjawaban. Dengan standar yang ditetap-kan pusat pertanggungjawaban dapat melaksanakan  pekerjaannya berdasarrkan standar tersebut. Berdasarkan standar itu juga sebuah pusat pertanggungjawaban akan mengen-dalikan biaya yang menjadi dasae evaluasi kinerjanya.
Namun demikian biaya standar juga masih memiliki beberapa kelemahan sebagai berikut:
Yang pertama. Dalam implementasinya sering terjadi kesulitan dalam menentukan varians yang materiel karena penilaiannya yang subjektif. Kesulitannya terjadi karena konsep materialitas tidak mempunyai batas yang statis secara kuantitatif. Setiap orang dapat membuat kebijakan sendiri hanya dengan berpedoman bahwa sesuatu (varians misalnya) dapat dikatakan material kalau varians itu memengaruhi keputusan pemakai laporan. Satu-satunya batasan yang dapat digunakan dalam kebebasan ini adalah pertimbangan yang harus mengacu pada kebijakan yang didasarkan pada pertimbangan professional.
Yang kedua, dengan adanya standar informasi selain varians cenderung kurang mendapat perhatian yang segera. Padahal bias saja terdapat hal-hal yang lebih membutuhkan perhatian dalam rangka perbaikan-perbaikan. Salah satu sisi negative misalnya seorang tenaga pembelian mengetahui standar harga bahan yang ditetapkan Rp 25.000,- per kg. Apabila dalam proses tawar-menawar pegawai tersebut dapat mencapai kesepakatan harga sampai di bawah Rp 25.000,- per kg, maka yang bersangkutan akan tetap meminta dibuatkan faktur pembelian sebesar Rp 25.000,- per kg dari pemasok. Dalam analisis varians selisih harga seperti ini tidak akan segera terdeteksi.
Kelemahan yang lain; penggunaan prinsip pengecualian (exception) untuk penilaian kerja di satu sisi dapat mendorong bawahan untuk berusaha menutupi penyimpangan-penyimpangan dari standar yang sifatnya negatif. Di sisi yang lain implementasi teknik management by exception dapat juga memengaruhi atasan untuk mensupervisi pegawai dengan cara-cara yang tidak memuaskan.
      Untuk mengantisipasi munculnya potensi negatif ini diperlukan kepatuhan pada standar etika yang berlaku universal. Standar etika tersebut mencakup loyalitas, integritas, dan lain sebagainya, termasuk standar etika lain yang menjadi kultur dasar komunitas setempat.
  
Daftar Pustaka
·         Samryn, L.M. 2012. Akuntansi Manajemen. Jakarta : Kencana Prenadamedia Group.
·         Darsono, Prawironegoro. 2013. Akuntansi Manajemen. Jakarta : Mitra Wacana Media.
·          http://kampuskeuangan.wordpress.com/2011/08/14/standard-costing/ diakses tgl:07-12-2017, pkl: 17.15 WITA

Biaya Standar Biaya Standar Reviewed by JANIEZ on November 24, 2018 Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.