BAB
2
PEMBAHASAN
2.1 Activity Based
Costing atau ABC
2.1.1. Pengertian Kalkulasi Biaya
Berdasar Aktivitas (ABC)
Kalkulasi biaya atau cost adalah cara
perhitungan biaya baik biaya produksi
maupun biaya produk yang dimaksud biaya produk adalah biaya-biaya yang
dikeluarkan perusahaan untuk memproduksi barang atau jasa atau seluruh biaya untuk
menghasilkan produk yang siap jual. Sedangkan yang di maksud biaya produksi
adalah biaya-biaya yang digunakan dalam proses produksi meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan
biaya overhead pabrik yang jumlahnya lebih besar dibandingkan dengan jenis
biaya lain. Cara untuk mengetahui biaya produksi yaitu biaya bahan langsung + biaya upah
langsung + biaya overhead.
Definisi
/ penegrt Activity Based Costing
Activity
Based Costing systems (ABC systems) adalah:
“Activity
Based Costing adalah sistem informasi biaya yang berorientasi pada penyediaan
informasi lengkap tentang aktivitas untuk memungkinkan personel perusahaan
melakukan pengelolaan terhadap aktivitas. Sistem informasi ini menggunakan
aktivitas sebagai basis serta pengurangan biaya dan penentuan secara akurat
biaya produk atau jasa sebagai tujuan. Sistem informasi ini diterapkan
dalamperusahaan manufaktur, jasa, dan dagang”.
Jadi
Activity Based Costing adalah:
Berdasarkan definisi di atas dapat
disimpulkan bahwa Activity Based Costing adalah suatu pendekatan terhadap
sistem akuntansi yang memfokuskan pada aktivitas yang dilakukan untuk
memproduksi produk, dimana aktivitas tersebut merupakan titik akumulasi biaya
yang mendasar.
Perhitungan biaya berdasarkan
aktivitas ini didasarkan pada konsep produk yang mengkonsumsi aktivitas dan
aktivitas mengkonsumsi sumber daya.Dengan metode ini diharapkan manajemen dapat
mengurangi atau bahkan menghilangkan aktivitas-aktivitas yang tidak bernilai
tambah (aktivitas yang dipertimbangkan tidak memberi kontribusi terhadap nilai
pelanggan atau terhadap kebutuhan organisasi).
Perusahaan yang menghasilkan satu jenis
produk, perhitungan biaya per unit produk sangat sederhana, yaitu total biaya
yang berkaitan dengan unit produksi dibagi dengan jumlah unit yang diproduksi.
Ingat bahwa definisi biaya produk tergantung pada tujuan manajerial yang
dipenuhi. Sebagai contoh, biaya produk seringkali didefinisikan sebagai biaya
produksi, bahan langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead. Namun, biaya
produk juga berguna untuk membuat beberapa keputusan tertentu. Sebagai contoh,
biaya produk dapat menjadi masukan penting untuk penetapan harga penawaran.
Sedangkan proses pengkaitan biaya dengan unityang diproduksi setelah biaya
tersebut diukur disebut pembebanan biaya (cost assignment).
2.1.2. Kalkulasi Biaya Overhead Pabrik
Berdasar Aktivitas
Biaya overhead pabrik (manufacturing
overhead costs) adalah biaya produksi yang tidak masuk dalam biaya bahan baku
maupun biaya tenaga kerja langsung. Apabila suatu perusahaan juga memiliki
departemen-departemen lain selain departemen produksi maka semua biaya yang
terjadi di departemen pembantu tersebut (termasuk biaya tenaga kerjanya)
dikategorikan sebagai biaya overhead pabrik.
Biaya overhead pabrik biasanya muncul
dari biaya-biaya yang harus dikeluarkan untuk pemakaian bahan tambahan, biaya
tenaga kerja tak langsung, pengawasan mesin produksi, pajak, asuransi, hingga
fasilitas-fasilitas tambahan yang diperdalam ABC, proses identifikasi aktivitas
merupakan salah satu bagian yang penting dari tahapan tahapan pembebanan biaya
overhead pabrik. Tahap pertama pada identifikasi aktivitas, aktivitas yang luas
dikelompokkan ke dalam 4 kategori aktivitas, yaitu :
1. Unit Level Activities (tingkat unit)
Berupa
aktivitas atau kegiatan yang dilakukan sekali untuk setiap unit sehingga biaya
produk yang berhubungan dengan aktivitas yang dibebankan berdasarkan jumlah
unit yang diproduksi. Misalnya : jam tenaga kerja langsung. Semakin banyak
jumlah unit yang diproduksi maka semakin
banyak juga tenaga kerja langsung dibutuhkan.
2. Bacth Level Activity( tingkat bacth)
Yaitu
berupa ativitas atau kegiatan yang dilakukan untuk mendukung produksi sejumlah
order tertentu (batch). Aktivitas ini dilakukan sekali untuk setiap batch
sehingga biaya produksi yang berhubungan dengan aktivitas ini dibebankan berdasarkan
jumlah batch yang diproduksi misalnya : biaya set-up mesin. Semakin banyak unit
yang diproduksi tidak mempengaruhi biaya pada aktivitas set-up, tetapi semakin
sering set-up dilakukan maka semakin besar pula biaya set-up mesin.
3. Product Sustaining Activities
Berupa
aktivitas atau kegiatan yang dilakukan untuk mempertahankan eksistensi suatu
produk, pemeliharaan produk, pengembangan produkdan inovasi produk.Beban biaya
yang terjadi pada aktivitas ini dapat ditelusuri pada setiap jenis produk yang
dihasilkan, tetapi sumber daya yang dikonsumsi tidak tergantung pada jumlah
unit ataupun batch dari produk yang dihasilkan perusahaan. Semakin banyak jenis
produk yang dihasilkan maka semakin sering aktivitas ini dilakukan sehingga
semakin besar biaya yang dibutuhkannya.
4. Facility Sustaining Activities.
Berupa
aktivitas atau kegiatan yang dilakukan untuk mempertahankan eksistensi
perusahaan, seperti pemasaran, sumber daya manusia, pengembangan sistem,
pemeliharaan fasilitas dan lain-lain. Tetapi aktivitas ini tidak berhubungan
dengan jumlah produk, batch maupun jenis produk.
Sedangkan
pada saat melakukan pembebanan biaya dari tiap kelompok tersebut, biaya yang
muncul tersebut diklasifikasikan sesuai dengan kelompok aktivitasnya, sehingga dalam membebankan
biaya sistem ABC dapat digambarkan dengan dua tahapan, yaitu :
1. Aktivitas yang dilakukan untuk memenuhi
keinginan customer mengkonsumsi sumber daya dalam sejumlah uang tertentu.
2. Biaya
setiap sumber daya yang dikonsumsi oleh
setiap aktivitas harus
dibebankan objek biaya
atas dasar unit aktivitas yang dikonsumsi oleh objek biaya itu sendiri
bukan dalam proses produksi.
2.1.3. Ilustrasi Kalkulasi Biaya Berdasar
Aktivitas
Suatu
perusahaan memproduksi dua jenis produk yaitu produk A dan B. biaya bahan baku
untuk A = Rp 600 dan B =150 . biaya upah langsung untuk A =Rp
200 dan B = Rp 50. Unit produksi A = 200 unit dan B = 100 unit aktivitas
overhead pabrik aktual yang berhubungan dengan ke-2 jenis produk yaitu disajikan dalam tabel dibawah
Aktivitas
Overhead Pabrik
table 1
Keterangan
|
Produk A
|
Produk B
|
||
Pemeliharaan mesin dan peralatan
|
200
Jam
|
100 Jam
|
||
Penanganan bahan
|
30 jam
|
20
jam
|
||
Persiapan bacth
|
100 jam
|
5 jam
|
||
Kalkulasi biaya berdasar akativitas (ABC)
Biaya overhead pabrik yang dianggarkan
table 2
Keterangan
|
Produk A
|
Produk B
|
Pemeliharaan mesin dan peralatan
|
Rp 250
|
500 Jam
|
Penanganan bahan
|
Rp 300
|
60 Jam
|
Persiapan bacth
|
Rp 450
|
15 Jam
|
Berdasarkan tabel diatas maka kalkulasi biaya produk berdasar aktivitas dapat di sajikan pada table dibawah
Kalkulasi Biaya Berdasarkan Aktivitas (Activity Based Costing /
ABC)
Table 3
Keterangan
|
Produk A
|
Produk B
|
|||||
Biaya Bahan Langsung
|
Rp 600
|
Rp 150
|
|||||
Biaya tenaga Kerja langsung
|
Rp 200
|
Rp 50
|
|||||
Biaya overhead pabrik :
Biaya pemeliharaan mesin
Biaya Penanganan mesin
Biaya persiapan mesin
|
Rp
100
Rp
150
Rp
300
|
Rp 50
Rp 100
Rp 150
|
|||||
Total
|
Rp 1.350
|
Rp 500
|
|||||
Unit yang di produksi
|
200 unit
|
100 unit
|
|||||
Biaya perunit
|
Rp
6,75
|
Rp 5,00
|
|||||
Keterangan table 3 yaitu:
Biaya pemeliharaan produk A atau B =
Anggaran Biaya pemeriharaan mesin
/ aktivitas x aktivitas overhead
produk A atau B
Produk A = Rp 250 /
500 jam x 200 jam
= 100
Produk B = Rp 250
/ 500 Jam x 100
= Rp
50
Biaya Penanganan Bahan = Anggaran
Biaya penanganan bahan / aktivitas x aktivitas overhead produk A atau B
Produk A = Rp 300 / 60
jam x 30
=Rp 150
Produk B = Rp 300 /
60 jam x 20
=Rp 100
Biaya Persiapan mesin = Biaya Anggaran persiapan mesin/ Aktivitas
Anggaran x Aktivitas overhead produk A
atau B
Produk A = Rp 450 / 15
jam x 10
=Rp 300
Produk B = Rp 450 /
15 jam x 5
= Rp
150
2.1.4.
Ilustrasi Kalkulasi
Biaya Tradisional dan Kalkulasi Biaya
Berdasarkan Aktivitas (Activity Based Costing / ABC)
Dalam sistem biaya tradisional, hanya penggerak
aktivitas tingkat unit yang digunakan untuk membebankan biaya pada produk.
Penggerak aktivitas tingkat unit (unit level activity driver) adalah
faktor-faktor yang menyebabkan perubahan biaya sebagai akibat perubahan unit
yang diproduksi. Dengan hanya menggunakan penggerak tingkat unit, diasumsikan
biaya overhead yang dikonsumsi oleh produk berkorelasi tinggi dengan jumlah
unit yang diproduksi. Penggerak aktivitas berdasarkan unit membebankan biaya
overhead ke produk melalui tarif pabrik secara menyeluruh maupun departemental.
Penggerak
tingkat unit yang biasa digunakan antara lain:
Setelah menentukan penggerak tingkat unit,
langkah selanjutnya adalah memperkirakan tingkat output aktivitas yang akan
diukur, yaitu melalui tingkat aktivitas yang diharapkan dan tingkat aktivitas
normal. Tingkat aktivitas yang diharapkan adalah ouput yang diharapkan akan
dicapai perusahaan di masa yang akan datang, sedangkan tingkat aktivitas normal
adalah output aktivitas rata-rata yang merupakan pengalaman perusahaan dalam
jangka panjang. Aktivitas normal memiliki keunggulan berupa penggunaan tingkat
aktivitas yang sama dari tahun ke tahun sehingga fluktuasi pembebanan biaya
overhead per unit dari tahun ke tahun relatif rendah.
Dalam kalkulasi
biaya produksi terjadi perbedaan anatara model tradisional dengan model
Activity Based Costing (ABC). Dalam teknik penyajian tradisional hanaya
menggunakan satu tarif biaya overhead pabrik.
Sedangkan model
Activity Based Costing (ABC) menggunakan lebih dari satu tarif biaya overhead
pabrik.
Untuk menyajikan
kedua tabel tersebut disajikan dalam beberapa tabel di bawah yaitu :
Data bahan
akauntansi yaitu disajikan dalam tabel dibawah.
Data Akuntansi
Table 4
Keterangan
|
Produk A
|
Produk B
|
Total
|
Unit yang diproduksi
|
200 Unit
|
100 unit
|
300 unit
|
Biaya Bahan Langsung
|
Rp 600.000
|
Rp. 150.000
|
Rp
750.000
|
Biaya tenaga kerja lansung
|
Rp 200.000
|
Rp.
50.000
|
Rp
250.000
|
Total biaya utama
|
Rp 800.000
|
Rp.
200.000
|
Rp 1.000.000
|
Biaya overhead Pabrik :
Biaya pemeliharaan mesin
Biaya Penanganan bahan
Biaya Persiapan Mesin
Total
|
Aktivitas
4.000 Jam
400 Jam
100 jam
|
Aktivitas
1.000 jam
200 jam
50 jam
|
Total Biaya
Rp 250.000
Rp 300.000
Rp 540.000
Rp 1.000.000
|
Keterangan tentang Perbedaan biaya overhead
Pabrik Keproses produksi yaitu model
tradisional costing atau model biaya
tradisional maodel ini didasarkan pada
jam mesin sedangkan model Activity Based
Costing (ABC) didasarkan pada
aktivitas.
Berdasarkan Table
4 diatas dapat disajikan perhitungan biaya biaya dalam teble yang selanjutnya yang tertearah di bawah yaitu:
Kalkulasi biaya tradisional
Table 5
Keterangan
|
Produk A
|
Produk B
|
Biaya Bahan Langsung
|
Rp
600.000
|
Rp
150.000
|
Biaya tenaga kerja lansung
|
Rp
200.000
|
Rp
50.000
|
Biaya overhead pabrik
|
Rp 800.000
|
Rp 200.000
|
Total
|
Rp 1.600.000
|
Rp
400.000
|
Unit yang diproduksi
|
200 unit
|
100 unit
|
Biaya/unit
|
Rp 8.000
|
Rp 4.000
|
Keterangan table 5
1. Tarif
BOP = total biaya overhead / Jam mesin
= Rp 1.000.000 / 5.000 jam
= Rp 200
2. BOP
dibebankan produk A = jam mesin produk A x Tarif BOP
= 4.000 jam x Rp 200
= Rp 8.000
3. BOP
dibebankan produk B = jam mesin produk B x Tarif BOP
= 1.000 jam x
Rp 200
= Rp 8.000
Total = Biaya Bahan Langsung (Produk A atau Produk B ) + Biaya tenaga kerja
lansung (Produk A atau Produk B ) + Biaya overhead pabrik
(Produk A atau Produk B )
total produk
A = Rp 600.000 + Rp
200.000 + Rp 800.000
=
Rp 1.600.000
total produk
B = Rp 150.000 + 50.000 + Rp 200.000
=
Rp 400.000
Biaya perunit =
total / unit yang diproduksi
Biaya per unnit produk A =
Rp 1.600.000 / 200 unit
=
Rp 8.000
Biaya per unnit produk B =
Rp4.000 / 100 unit
=
Rp 4.000
Kalkulasi Biaya Berdasar kativitas (ABC)
Table 6
Keterangan
|
Produk A
|
Produk B
|
Biaya Bahan Langsung
|
Rp 600.000
|
Rp. 150.000
|
Biaya tenaga kerja langsung
|
Rp
200.000
|
Rp.
50.000
|
Biaya overhead Pabrik :
Biaya pemeliharaan mesin
Biaya Penanganan bahan
Biaya Persiapan Mesin
|
Rp
200.00
Rp
200.000
Rp 300.000
|
Rp 50.000
Rp 100.000
Rp 150.000
|
Total
|
Rp 1.500.000
|
Rp 500.000
|
Unit yang diproduksi
|
200 unit
|
100 unit
|
Biaya per unit
|
Rp 7.500
|
Rp 5.000
|
Keterangan:
Tarif Biaya Overhead pabrik
berdasar aktivitas :
1.
Pemeliharan mesin :
Perusahaan A = Rp 250.000 / 5000 unit x 4.000
= Rp 200.000
Perusahaan B = Rp 250.000 / 5000 unit x 1.000
= Rp 50.000
2.
Biaya penanganan bahan :
Perusahaan A = Rp
250.000 / 600 unit x 400 unit
= Rp 200.000
Perusahaan B = Rp 250.000 / 600 unit x 200 unit
= Rp 50.000
3.
Biaya Persiapan mesin :
Perusahaan A = Rp 250.000 / 150 unit x 100 unit
= Rp 300.00
Perusahaan B = Rp 250.000 / 150 unit x 50 unit
= Rp 150.000
Pembebanan BOP
Table 7
Pembebanan BOP
|
Perhitungan
|
Produk A
|
Produk B
|
Pemeliharaan
|
(4.000x Rp.50)
|
200.000
|
|
(1.000x Rp.50)
|
50.000
|
||
Pemindahan bahan
|
(400x Rp.500)
|
200.000
|
|
(200x Rp.500)
|
100.000
|
||
Persiapan
|
(100x Rp.3.000)
|
300.000
|
|
(50x Rp.3.000)
|
150.000
|
||
Jumlah
|
700.000
|
300.000
|
2.1.5. Contoh kasus Dan Penyelesaiannya
PT
Baju memproduksi 2 produk yaitu produk polos dan produk bercorak. Produk PT
Baju yang bercorak diproduksi dalam jumlah yang sama dan biaya yang sama dengan
produk polos. Kedua-duanya bervolume tinggi. PT Baju melakukan : a. 40
persiapan untuk setiap produk dan mengeluarkan biaya persiapan sebesar Rp.
900.000 dengan rata-rata sebesar Rp 22.500/persiapan b. 20 perubahan desain
untuk setiap produk dan menegluarkan biaya perubahan desain sebesar Rp.700.000
dengan rata-rata sebesar Rp.35.000 c. Menggunakan 160.000 jam tenaga kerja
langsung dan mengeluarkan biaya overhead lain-lain sebesar Rp.3.200.000 dengan
rata-rata sebesar 20 jam tenaga kerja langsung. Jawab : Data produksi terakhir
PT Baju :
|
Polos
|
Bercorak
|
Total
|
Unit yang diproduksi
|
100.000
|
50.000
|
|
Biaya bahan baku
langsung
|
|||
Per unit
|
Rp 10
|
Rp 15
|
|
Total
|
Rp 1.000.000
|
Rp 750.000
|
1.750.000
|
Tenaga kerja langsung
|
|||
Jam per unit
|
1
|
2
|
|
Total jam
|
80.000
|
80.000
|
|
Total biaya
|
1.600.000
|
1.600.000
|
1.750.000
|
Persiapan
|
20
|
20
|
|
Perubahan desain
|
10
|
10
|
|
Overhead
|
|||
Biayatingkat batch
|
|
|
900.000
|
Biaya tingkat produk
|
|
|
700.000
|
Overheadlain-lain
|
|
|
3.200.000
|
Total overhead
|
|
|
4.800.000
|
|
|
|
9.750.000
|
Berdasarkan data diatas, direktur PT
BAJU meminta manajer akuntansinya untuk menghitung berapa biaya per unit
berdasarkan perhitungan system ABC !
PERHITUNGAN :
PERHITUNGAN BIAYA PRODUK BERDASARKAN AKTIVITAS
(ABC)
PT BAJU
PERHITUNGAN BIAYA PRODUK BERDASARKAN AKTIVITAS
|
Tariff overhead :
Biaya persiapan tingkat batch
900.000:40=22.500/persiapan
Biaya per kali perubahan-tingkat produk 700.000:20=35.000/perubahan
Overhead lain-lain 3.200.000:160.000=20/jam
TKL
|
|
Polos
|
Bercorak
|
Total
|
Bahan baku langsung
|
1.000.000
|
750.000
|
1.750.000
|
Tenaga kerja langsung
|
1.600.000
|
1.600.000
|
3.200.000
|
Overhead :
|
|||
Persiapan : 22.500x20
|
450.000
|
|
|
Persiapan : 22.500x20
|
|
450.000
|
900.000
|
Perubahan desain
35.000x10
|
350.000
|
|
|
Perubahan desain
35.000x10
|
|
350.000
|
700.000
|
TKL 20x80.000 jam
|
1.600.000
|
|
|
TKL 20x80.000 jam
|
|
1.600.000
|
3.20.000
|
Total biaya
|
5.000.000
|
4.750.000
|
9.750.000
|
Unit yang diproduksi
|
100.000
|
50.000
|
|
Biaya per unit
|
50
|
95
|
|
2. Pabrik sepatu maya menghasilkan
produk, nike dan adidas dan menggunakan sitem penetapan biaya dimana semua
biaya tidak langsung dikumpulkan di dalam suatu poll biaya dan dialokasikan
berdasarkan pada jam mesin. Manajemen blaine memutuskan untuk menetapkan ABC
karena studi tentang biaya mengungkapkan bahwa biaya umum berhubungan dengan
aktivitas set up dan aktivitas desain, banyaknya set up dan banyaknya jam mesin
desain merupakan pendorong aktivitas untuk kedua biaya tersebut dan jam mesin selanjutnya
digunakan sebagai dasar untuk mengalokasikan biaya tidak langsung. Berikut ini
informasi operasi tahun sekarang dari pabrik sepatu maya :
|
Nike
|
Adidas
|
Total
|
Unit yang diperoduksi
|
800
|
17.000
|
17.800
|
Biaya bahan langsung
|
|||
Per unit
|
250
|
50
|
|
Total
|
200.000
|
850.000
|
1.050.000
|
Biaya upah langsung
|
80.000
|
425.000
|
505.000
|
Jam desain
|
9.600
|
4.400
|
14.000
|
Setup
|
120
|
80
|
200
|
Jam mesin
|
5.000
|
45.000
|
50.000
|
Overhead
|
|||
Desain
|
|
|
350.000
|
Setup
|
|
|
250.000
|
Lain-lain
|
|
|
1.200.000
|
Total overhead
|
|
|
1.450.000
|
Direktur pabrik sepatu maya meminta
kepada bagian akuntansi : Menghitung total biaya dan biaya per unit yang
dilaporkan untuk kedua produk dengan sisttem perhitungan harga pokok ABC !
Perhitungan biaya produksi
berdasarkan Sistem ABC
Pabrik sepatu ARHAN
Biaya produksi dengan sistem ABC
Tarif overhead :
Desain : 350.000 : 14.000 jam desain
= 25/jam
Setup : 250.000 : 200 setup = 1.250 setup
Overhead lainnya : 1.200.000 : 58.000 jam mesin = 24
per jam mesin
|
Nike
|
Adidas
|
Total
|
Bahan baku
|
200.000
|
|
|
Upah Langsung
|
80.000
|
|
|
Overhead :
|
|||
25x9600 jam desain
|
240.000
|
|
|
25x4400 jam desain
|
|
110.000
|
350.000
|
Biaya setup
|
|||
1.250x120 setup
|
150.000
|
|
|
|
|
100.000
|
250.000
|
Biaya lainnya
|
|||
24x5000 jam mesin
|
120.000
|
|
|
24x45.000 jam masin
|
|
1.080.000
|
1.200.000
|
Total biaya
|
790.000
|
2.565.000
|
3.355.000
|
Unit yang diperoduksi
|
800
|
17.000
|
|
Biaya per unit
|
987,50
|
150,88
|
|
2. 2 ACTIVITY BASED MANAJEMEN
2.2.1 Pengertian Manajemen Berbasis
Aktivitas(Activity-Based Management)
Manajemen berbasis aktivitas adalah pendekatan pengelolaan
terpadu dan bersistem terhadap aktivitas dengan tujuan untuk meningkatkan
cuntomer value dan laba yang dicapai dari penyediaan value tersebut. Dari
definisi ini, terdapat dua frasa penting, yaitu :
a.
Berfokus ke pengelolaan secara terpadu dan bersistem terhadap aktivitas
Yaitu serangkaian kegiatan yang membentuk suatu
proses untuk pembuatan produk dan penyerahan jasa. Di dalam manajemen
tradisional, proses pembuatan produk dan penyerahan jasa dipecah ke dalam
bagian-bagian yang lebih kecil, karena diyakini bahwa jika pengerjaan
bagian-bagian yang lebih kecil dilaksanakan secara berkualitas dan efisien,
proses pembuatan produk dan penyerahan jasa secara keseluruhan akan berkualitas
dan efisien. Oleh karena itu, manajemen berbasis aktivitas berusaha memadukan
kembali proses pembuatan produk dan penyerahan jasa yang telah difragmentasi
dalam manajemen tradisional tersebut, dengan memfokuskan ke pengelolaan secara
terpadu dan berbasis system terhadap aktivitas pembuatan produk dan penyerahan jasa.
b.
Bertujuan untuk meningkatkan customer value dan laba
Tujuan manajemen berbasis aktivitas adalah untuk
improvement secara berkelanjutan terhadap customer value dan penghilangan
pemborosan. Dengan hilangnya pemborosan tersebut, biaya dapat berkurang dan
sebagai akibatnya laba akan meningkat. Pengurangan biaya merupakan akibat dari
dihilangkannya pemborosan. Pemborosan diakibatkan oleh adanya
aktivitas-bukan-penambah nilai (non-value-added activity) dan aktivitas
penambah nilai (value-added activity) yang tidak dilaksanakan secara efisien.
Dengan demikian focus manajemen berbasis aktivitas adalah penyebab terjadinya
biaya itu sendiri.
2.2.2
Manajemen Berdasarkan Aktivitas Dan Hubungannya Dengan Perhitungan Biaya
Berdasarkan Aktivitas (Abc)
Manajemen berdasarkan aktivitas adalah pendekatan
untuk keseluruhan system yang terintegrasi dan berfokus pada perhatian
manajemen atas berbagai aktivitas dengan tujuan meningkatkan nilai bagi
pelanggan dan laba yang dicapai dengan mewujudkan nilai ini.
ABC adalah sumber utama informasi manajemen
berdasarkan aktivitas, sehingga model manajemen didasarkan pada dua dimensi:
Dimensi
biaya : memberikan informasi kepada sumber daya, aktivitas dan objek biaya yang
menjadi perhatian seperti produk,pelanggan,pemasok,dan saluran distribusi
dengan tujuan memperbaiki akurasi pembebanan biaya yang berguna untuk
perhitungan harga pokok produksi, manajemen biaya strategis, dan analisis
taktis.
Dimensi
proses ; memberikan informasi mengenai aktivitas apa saja yang dilakukan,
mengapa harus dilakukan dan seberapa baik aktivitas tersebut dilakukan,
tujuannya adalah untuk mengurangi biaya sehingga mampu untuk melakukan dan
mengukur perbaikan berkelanjutan.
Hubungan ABM dengan perhitungan ABC
ABM melibatkan ABC dan menggunakannya sebagai sumber
informasi utama dengan tujuan memperbaiki pengambilan keputusan dengan
menginformasikan biaya yang akurat dan mengurangi biaya dengan mendorong serta
mendukung berbagai usaha perbaikan berkelanjutan.
Hubungan ABC dengan ABM terjadi karena ABM
membutuhkan informasi dari ABC untuk melakukan analisis yang berhubungan dengan
perbaikan yang berkesinambungan ABM untuk standar pemasaran.
Biaya pemasaran adalah biaya yang timbul karena
terjadinya pertukaran dantara perusahaan dengan konsumen. Yang termasuk biaya
pemasaran antara lain : Biaya promosi,
Biaya distribusi fisik, Biaya riset pasar, Biaya pengembangan produk.
Sistem ABC tidak hanya memperbaiki pengalokasian
sumber daya salam suatu perusahaan tetapi dengan mudah dapat diimplementasikan
tterhadap aktivitas pemasaran. Adapun langkah-langkah yang dapat ditempuh untuk
menerapkan sistem ABC terhadap aktivitas pemasaran sbb:
Memilih
segmen tertentu sebagai dasar untuk menganalisa profitabilitas. Contoh : daerah
pengelompokan pelanggan dan lini produksi
Menetapkan
aktifitas pemasaran yang lebih terperinci untuk penggudangan, transportasi,
kredit dan penagihan, aktifitas pemasaran umum, penjualan pribadi, periklanan
dan promosi penjualan.
Mengakumulasi biaya langsung dari semua aktifitas dan memisahkan biaya
langsung tersebut kedalam katgori biaya variabel dan biaya tetap.
Menentukan
pemacu biaya untuk setiap aktifitas.
Menghitung
biaya per unit untuk setiap aktifias dengan membagi biaya aktifitas total
dengan pemacu biaya yang dipilih
Mengalokasikan biaya ke segmen tertentu untuk menganalisis
profitabilitas segmen tersebut
Membagikan
biaya yang dianggarkan (biaya mandor) dengan biaya actual untuk setiap
aktifitas pemasaran dan menghitung selisih harga & efisiensi
2.2.3 Analisis Nilai Proses
Analisis nilai proses adalah hal yang fundamental
bagi akuntansi pertanggungjawaban, yang berfokus pada akuntabilitas berbagai
aktivitas sebagai ganti pada biaya dan analisis ini menekankan pada maksimalisasi
kinerja keseluruhan system sebagai ganti kinerja individual. Analisis nilai
proses membantu mengubah berbagai konsep akuntansi pertanggungjawaban
berdasarkan aktivitas dari tingkat konseptual menjadi operasional.
Analisis nilai proses memungkinkan untuk menentukan
keuntungan kompetitif terdiri dari
–
Meningkatkan nilai bagi konsumen (costumer value)
Proses bisnis (atau value chain) adalah suatu mesin
yang menghasikan nilai dalam wujud
produk atau jasa bagi konsumen yang ingin membeli. Peningkatan proses
efektif harus memulai dengan pemahaman yang benar terhadap konsumen
dan bagaimana atau mendefinisikan nilai, agar dapat menciptakan suatu sistem
yang lebih efisien dari “garbage in, garbage out“.
–
Meningkatkan efisiensi proses (process efficiency)
Proses bisnis merupakan koleksi aktivitas yang
menciptakan nilai bagi pelanggan. Dengan mengabaikan industri atau sektor,
organisasi manapun berusaha memberikan nilai lebih secara efisien dibanding
dengan saingannya yang mempunyai keunggulan kompetitif berbeda. Peningkatan proses dimulai dengan pemahaman
terhadap pelanggan dan bagaimana untuk mendefinisikan nilai.
Berdasarkan buku Akuntansi Manajemen (Hansen dan
Mowen), analisis nilai proses (process value analysis) mendefinisikan pertanggungjawaban
berdasarkan aktivitas bukan pada biaya, dan menekankan maksimisasi kinerja
sistem secara menyeluruh bukan kinerja individu. Analisis nilai proses
memusatkan pada:
a.
Analisis penggerak
Analisis penggerak menekankan bagaimana untuk
mencari penyebab utama biaya aktivitas. Dan dalam setiap aktivitas memiliki
masukan dan keluaran. Masukan aktivitas merupakan sumber daya yang dibutuhkan
oleh aktivitas untuk memproduksi keluaran, misalnya: membuat program komputer
maka yang menjadi masukan adalah programmer, komputer, printer, kertas komputer
dan disket. Sedangkan keluaran aktivitas adalah hasil atau produk dari
aktivitas, dari contoh di atas maka keluarannya adalah program komputer.
b.
Analisis aktivitas
Fokus utama dari analisis nilai proses adalah
analisis aktivitas. Analisis aktivitas menekankan pada bagaimana
mengidentifkasi dan menentukan nilai. Analisis aktivitas akan menghasilkan
empat hal : aktivitas apa yang telah dilakukan, berapa banyak orang yang
melakukan aktivitas, waktu dan sumber daya yang diperlukan untuk aktivitas,
menentukan nilai aktivitas bagi organisasi termasuk rekomendasi untuk memilih
dan mempertahankan aktivitas bernilai tambah.
c.
Pengukuran kinerja aktivitas
Hal yang mendasar bagi usaha manjemen dalam
meningkatkan profitabilitas maka diperlukan pengukuran aktivitas seberapa baik
proses yang telah dilakukan. Pengukuran ini dapat dilihat dari segi keuangan
dan non keuangan. Ukuran ini juga dirancang untuk mengetahui adanya perbaikan
berkelanjutan. Pengukuran kinerja aktivitas berpusat pada tiga dimensi utama
yaitu: efisiensi , kualitas dan waktu.
2.2.4 Ukuran Kinerja Aktivitas
Menaksir seberapa baik aktivitas dan proses
dilakukan adalah landasan bagi usaha manajemen untuk memperbaiki profitabilitas.
Adapun ukuran kinerja ini berpusat pada tiga dimensi utama : Efisiensi,
Kualitas dan Waktu
Mengetahui seberapa baik kita saat ini dalam
melakukan aktivitas seharusnya membuka potensi untuk melakukannya dengan baik.
Karena banyak ukuran nonkeuangan yang akan dibahas pada perspektif proses
balanced scorecard (akuntansi pertanggungjawaban berdasar strategi) juga
berlaku pada tingkat aktivitas , maka bagian ini akan menekankan pada ukuran
keuangan kinerja aktivitas . Ukuran keuangan untuk efisiensi aktivitas meliputi
:
a.
Laporan biaya bernilai tambah dan tak bernilai tambah
Pelaporan ini adalah cara untuk meningkatkan
efisiensi aktivitas. Suatu sistem akuntansi perusahaan seharusnya membedakan
antara biaya bernilai tambah dan tak bernilai tambah karena memperbaiki kinerja
aktivitas membutuhkan penghapusan tak bernilai tambah dan mengoptimalkan
aktivitas bernilai tambah. Mengetahui jumlah biaya yang dihemat merupakan hal
yang penting bagi tujuan strategis . Sebagai contoh , jika suatu aktivitas
dihapus, maka biaya yang dihemat seharusnya dapat ditelusuri pada produk
individual. Penghematan ini dapat menghasilkan penurunan harga bagi pelanggan
dan membuat perusahaan lebih kompetitif.
Dengan membandingkan biaya aktual dengan biaya aktivitas bernilai tambah, manajemen
dapat menilai tingkat ketidak efisienan aktivitas dan menentukan potensi untuk
perbaikan.Biaya bernilai tambah ( standar quantities – SQ) dapat dihitung
dengan mengalikan kuantitas standar bernilai tambah dengan standar harga (
standar price – SP ). Biaya tak bernilai tambah dapat dihitung sebagai
perbedaan anatara output aktual tingkat aktivitas (activity quantity – AQ) dan
tingkat bernilai tambah ( SQ) dikalikan dengan biaya standar per unit.
Biaya bernilai tambah = SQ x SP
Biaya tak bernilai tambah = (AQ- SQ) SP
Dimana, SQ
= Tingkat keluaran bernilai
tambah untuk suatu aktivitas
SP = Harga standar per unit ukuran keluaran
aktivitas
AQ =
Kuantitas actual dari keluaran aktivitas yang digunakan atau kuantitas
actual dari kapasitas aktivitas yang diperoleh.
b.
Tren dalam laporan biaya aktivitas
Pelaporan ini menyatakan bahwa pengurangan biaya
berjalan sesuai yang diharapkan. Hampir setengah biaya tak bernilai dihapuskan.
Sebagai catatan perhatian, perbandingan biaya aktual dua periode akan
menyatakan pengurangan yang sama. Namun, pelaporan biaya tak bernilai tambah
tidak hanya menyatakan pengurangan namun juga dimana hal tersebut muncul. Hal
ini memberikan informasi pada para manajer tentang berapa banyak potensi
penurunan harga yang masih mungkin dilakukan. Dari pelaporan ini setidaknya
para manajer tidak menjadi puas , namun seharusnya secara berkelanjutan mencari
tingkat efisiensi yang lebih tinggi.
c.
Penetapan standar Kaizen
Penghitungan biaya kaizen mengacu pada pengurangan
biaya produk dan proses yang ada. Dalam istilah operasional, hal ini diartikan
ke dalam pengurangan biaya tak bernilai tambah. Pengelolaan proses pengurangan
biaya ini dipenuhi melalui pengulangan penggunaan dua subsiklus utama : 1).
Siklus perbaikan berkelanjutan atau kaizaen dan 2). Siklus pemeliharaan. Siklus
kaizen didefinisikan dengan urutan
rencana->lakukan->periksa->bertindak (plan-do-check-act). Standar
kaizen mencerminkan perbaikan yang direncanakan untuk periode berikut.
Siklus pemeliharaan mengikuti aturan
standar-lakukan-periksa-bertindak (standard-do-check-act). Suatu standar dibuat
berdasarkan perbaikan sebelumnya . kemudian tindakan diambil dan hasil periksa
untuk memastikan bahwa kinerja tercapai pada tingkat baru ini. Jika tidak, maka
tindakan korektif akan diambil untuk mengembalikan kinerja .
d.
Benchmarking
Langkah ini menggunakan praktik terbaik sebagai
standar untuk mengevaluasi kinerja aktivitas. Tujuan benchmarking adalah untuk
menjadi yang terbaik dalam melakukan aktivitas dan proses. Jadi, benchmarking
seharusnya juga melibatkan pertbandingan dengan para pesaing atau industri
lain.
e.
Perhitungan biaya siklus hidup
Tahap perencanaan produk dapat memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap biaya aktivitas. Dalam kenyataanya, paling sedikit 90
persen atau lebih biaya yang berhubungan dengan suatu produk termasuk dalam
tahap pengembangan dari daur hidup produk. Daur hidup produk secara sederhana
adalah waktu keberadaan produk, dari pengkonsepan hingga tidak terpakai. Biaya
daur hidup adalah semua biaya yang berhubungan dengan produk keseluruhan daur hidupnya.
Karena kepuasan total pelanggan telah menjadi isu
vital dalam persiapan bisnis baru , biaya hidup keseluruhan telah menjadi fokus
utama dari manajemen biaya daur hidup. Biaya hidup keseluruhan adalah biaya
daur hidup suatu produk plus biaya pasca pembelian oleh pelanggan yang meliputi
operasional, dukungan, pemeliharaan dan pembuangan. Penghitungan biaya hidup
keseluruhan menekankan pada manajemen kesleuruhan rantai nilai . Rantai nilai
adalah kumpulan aktivitas yang dibutuhkan untuk merancang, mengembangkan,
memproduksi, memasarkan dan melayani suatu produk. Jadi , manajemen biaya daur
hidup memfokuskan pada aktivitas pengelolaan rantai nilai sehingga terbentuk
keunggulan bersaing jangka panjang. Untuk mencapai tujuan ini, para manajer
harus menyeimbangkan biaya hidup keseluruhan produk, metode pengiriman, inovasi
dan berbagai atribut produk termasuk kinerja, keistimewaan yang ditawarkan,
keandalan, kecocokan, ketahanannya, keindahannya dan kualitas yang dimilikinya.
Dari sudut pandang keseluruhan hidup, biaya produk
memiliki empat elemen utama :
1) Biaya
yang tidak muncul lagi ( perencanaan, perancangan, dan pengujian),
2) Biaya
manufaktur,
3) Biaya
logistik,
4) Biaya
pasca pembelian dari pelanggan.
Manajemen biaya siklus hidup menekankan pada
penurunan biaya, bukan pada pengendalian biaya. Jadi, penghitungan biaya target
menjadi suatu alat khusus yang berguna untuk pembuatan tujuan penurunan biaya.
Biaya target adalah perbedaan antara harga penjualan yang dibutuhkan untuk
menangkap pangsa pasar yang telah ditentukan terlebih dahulu dan laba per unit
yang diinginkan. Jika biaya target kurang dari apa yang saat ini dapat
tercapai, maka manajemen harus menemukan penurunan biaya yang menggerakkan
biaya aktual ke biaya target. Menemukan penurunan biaya ini adalah tantangan
utama dari penghitungan biaya target.
Tiga metode penurunan biaya yang secara khusus
digunakan, adalah :
1). Rekayasa berlawanan,
2). Analisis nilai ,
3). Perbaikan proses.
Rekayasa berlawanan memilah produk pesaing untuk
mencari lebih keistimewaan rancangan yang membuat penurunan biaya. Analisis
nilai berusaha untuk menaksir nilai yang ditempatkan pada berbagai fungsi
produk oleh pelanggan. Baik rekayasa yang berlawanan maupun analisis nilai
memfokuskan pada desain produk untuk mencapai penurunan biaya. Proses yang
digunakan untuk memproduksi dan memasarkan produk juga sumber potensi pengurangan biaya. Jadi,
proses perancangan ulang untuk memperbaiki efisiensinya juga dapat memberikan
sesuatu untuk mencapai kebutuhan penurunan biaya.
Misalkan suatu perusahaan mempertimbangkan untuk
produksi trencher (mesin penggali) spesifiikasi produk saat ini dan pangsa
pasar yang ditarget meminta harga jual $ 250.000. Laba yang diminta adalah
$50.000 per unit. Biaya target dihitung sebagai berikut:
Biaya target = $ 250.000 – $ 50.000
= $ 200.000
Meskipun manajemen biaya daur hidup penting bagi
semua perusahaan manufaktur, hal ini lebih penting lagi bagi perusahaan yang
memiliki produk dengan daur hidup pendek. Produk harus menutup biaya daur hidup
dan memberikan laba yang dapat diterima . Secara kontras , perusaaan yang
memiliki produk dengan daur hidup pendek biasanya tidak memiliki waktu untuk
bertindak dalam cara ini, sehingga pendekatan mereka harus proaktif. Jadi,
untuk daur hidup pendek, perencanaan daur hidup yang baik merupakan hal yang
penting dan harga harus dibuat secara
tepat untuk menutup semua biaya daur hidup dan memberikan hasil baik.
Penghitungan biaya berdasar aktivitas dapat digunakan untuk mendorong
perencanaan daur hidup yang baik. Dengan pemilihan penggerak biaya secara hati-
hati , para perekayasa desain dapat dimotivasi untuk memilih desain dengan
biaya minimum.
DAFTAR
PUSTAKA
Hansen/Mowen, Akuntansi Manajemen; Jilid I, Erlangga,
Jakarta, 1999
Dr.Darsono Prawironegoro,Ari purwanti,
Manajemen;edisi 3, politektik, Jakarta, 2009
https://en.wikipedia.org/wiki/Activity-based_costing
Activity Based Costing dan Activity Based Management (ABC dan ABM)
Reviewed by JANIEZ
on
November 27, 2017
Rating:
gk jelas brooooo anying
ReplyDelete