My EKO Notes

Materi Seputar Ekonomi

Isu Strategis Dalam Kewirausahaan dan usaha kecil


KATA PENGANTAR

Pertama-tama kami panjatkan Puji dan Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat Rahmat-Nyalah makalah ini dapat terselesaikan tepat waktu.
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk menyelesaikan tugas Manajemen strategi yang diberikan oleh dosen pembimbing. Selain itu juga untuk meningkatkan pemahaman kami mengenai materi.
Dengan membaca makalah ini kami berharap dapat membantu teman-teman serta pembaca dapat memahami materi ini dan dapat memperkaya wawasan pembaca.
Walaupun kami telah berusaha sesuai kemampuan kami, namun kami sangat yakin bahwa manusia itu tak ada yang sempurna.Seandainya dalam penulisan makalah ini ada yang kurang, maka itulah bagian dari kelemahan kami.Mudah-mudahan melalui kelemahan itulah yang akan membawa kesadaran kita akan kebesaran Tuhan Yang Maha Esa.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini dan kepada pembaca yang telah meluangkan waktunya untuk membaca makalah ini.Untuk itu kami selalu menantikan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi perbaikan penyusunan makalah ini.


Mataram, 5 juni 2018

penyusun










DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………………………………………………………………………
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………….
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………...
BAB I PENAHULUAN……………………………………………………………………..
1.1 Latar Belakang……………………………………………………………………
1.2 Tinjauan Masalah…………………………………………………………………
1.3 Tujuan Makalah…………………………………………………………………..
BAB II TINJAUAN TEORETIS…………………………………………………………….
2.1 Arti Penting Perusahaan Kecil dan Bisnis Kewirausahaan……………………….
2.2 Manfaat Manajemen Staregis……………………………………………………..
2.3 Kegunaan Proses Pengambilan Keputusan Staregis………………………………
2.4 Isu-isu dalam Pengamatan Lingkungan dan Perumusan Strategis………………..
2.5 Isu-isu dan Implementasi Strategi…………………………………………………
BAB III ANALISIS KOMPARATIF…………………………………………………………
3.1 Tantangan Dan Masalah Usaha Kecil……………………………………………..
3.2 Pengambilan Resiko Dan Manajemen Strategik Usaha Kecil……………………..
3.3 Cara Membuat Rencana Bisnis Untuk Usaha Kecil dan Menengah………………..
BAB IV SIMPULAN DAN SARAN…………………………………………………………
4.1 Simpulan……………………………………………………………………………
4.2 Saran………………………………………………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………….




BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Sejak tahun 1983, pemerintah secara konsisten telah melakukan berbagai
upaya deregulasi sebagai upaya penyesuaian struktural dan restrukturisasi
perekonomian. Kendati demikian, banyak yang mensinyalir deregulasi di bidang
perdagangan dan investasi tidak memberi banyak keuntungan bagi perusahaan
kecil dan menengah; bahkan justru perusahaan besar dan konglomeratlah yang
mendapat keuntungan. Studi empiris membuktikan bahwa pertambahan nilai
tambah ternyata tidak dinikmati oleh perusahaan skla kecil, sedang, dan besar,
namun justru perusahaan skala konglomerat, dengan tenaga kerja lebih dari 1000
orang, yang menikmati kenaikan nilai tambah secara absolut maupun per rata-rata
perusahaan (Kuncoro & Abimanyu, 1995). Dalam konstelasi inilah, perhatian
untuk menumbuhkembangkan industri kecil dan rumah tangga (IKRT) setidaknya
dilandasi oleh tiga alasan. Pertama, IKRT menyerap banyak tenaga kerja.
Kecenderungan menerap banyak tenaga kerja umumnya membuat banyak IKRT
juga intensif dalam menggunakan sumberdaya alam lokal. Apalagi karena
lokasinya banyak di pedesaan, pertumbuhan IKRT akan menimbulkan dampak
positif terhadap peningkatan jumlah tenaga kerja, pengurangan jumlah
kemiskinan, pemerataan dalam distribusi pendapatan, dan pembangunan ekonomi
di pedesaan. Dari sisi kebijakan, IKRT jelas perlu mendapat perhatian karena
tidak hanya memberikan penghasilan bagi sebagian besar angkatan kerja
Indonesia, namun juga merupakan ujung tombak dalam upaya pengentasan
kemiskinan. Di perdesaan, peran penting IKRT memberikan tambahan
pendapatan, merupakan seedbed bagai pengembangan industri dan sebagai
pelengkap produksi pertanian bagi penduduk miskin. Dapat dikatakan juga
berfungsi sebagai strategi mempertahankan hidup (survival strategy) di tengah
krisis moneter.
Sudut pengamatan luar masalah manajemen industri kecil dan menengah
kita bisa melihat adanya kelompok-kelompok persoalan dengan lingkungannya
sendiri-sendiri yang kesemuanya membentuk suatu ekosistem. Pertama-tama,
melihat ke lingkungan yang paling dekat, kita mendapatkan kelompok
permasalahan psikologi pengusaha dan tenaga kerja. Di situ kita dapatkan
masalah-masalah motivasi, sikap hidup, kebiasaan sehari-hari, adat-istiadat, pola
tingkah laku, perkembangan kejiwaan, dan sebagainya.
Lingkungan permasalahan kedua, adalah soal kemampuan teknis
pengelolaan usaha. Di sini kita dapatkan masalah-masalah seperti, kemampuan
mengatur keluar-masuk uang, pembukuan dan administrasi perusahaan, teknik
pemasaran, menghitung biaya produksi dan menentukan harga, mengatur
pembagian kerja, pengambilan keputusan, perencanaan produksi,
mengembangkan disain produk, dan seterusnya.
Ketiga adalah potensi dan kemampuan usaha sangat mempengaruhi
manajemen, apabila masyarakat cukup tanggap terhadap perubahan-perubahan
yang terjadi. Bahkan masyrakat atau pengusaha dapat mengusulkan peraturan dan
kebijaksanaan kepada pemerintah agar tercipta kesempatan usaha.
Lingkungan ekologi keempat adalah masalah struktur pasar.
Perkembangan dan praktek manajemen seringkal, berhadapan dengan struktur
pasar ini. Suatu usaha atau perusahaan tidak bisa maju bukan karena kelemahan
manajemen struktural ini. Tapi masalah ini bisa pula dilihat dari segi lain.
Umpanya kita melihat faktor-faktor apa yang mempengaruhi struktur pasar. Pola
pendapatan masyarakat dan perkembangan pendapatan ke arah polarisasi baru,
mempengaruhi struktur pasar.
Sarana dan prasarana manajemen adalah faktor kelima yang perlu diamati
secara tersendiri. Sarana prasarana ini bisa menyangkut bidang produksi, bisa pula
menyangkut bidang manajemen. Kegiatan pemerintah yang aktif untuk
menyediakan prasarana dan sarana pemasaran, akan mempengaruhi pula pola
manajemen industri kecil dan menengah. Sistem perilanan, promosi pemasaran,
adanya pekan raya, dan semacamnya, mempengaruhi orientasi produksi dan
pemasaran dan sarana itu memerlukan perhatian khusus dalam pembinaan
manajemen. Iklim perekonomian adalah lingkungan keenam yang perlu
diperhatikan, sebab faktor ini bisa menghambat atau mendorong pelaksanaan
manajemen usaha. Dalam negara, di mana pemerintah memegang peranan
memimpin, maka iklim peekonomian pada dasarnya diciptakan oleh
kebijaksanaan- kebijaksanaan pemerintah. Iklim usaha bisa meningkatkan dan
kemudian melumpuhkan usaha manajemen yang tadinya menampakkan
suksesnya. Erat hubungannya dengan lingkungan atau perangkat kebijaksanaan
pemerintah maka peraturan-peraturan yang diciptakannya oleh pemerintah untuk
mengatur dunia usaha, juga merupakan dunia yang tersendiri. Soal izin usaha
sangat berpengaruh pada usaha-uasaha kecil. Banyak peraturan-peraturan
pemerintah itu bertujuan untuk membantu dan menguntungkan dunia usaha.
Apabila dunia usaha lebih banyak mengetahui peraturan-peraturan itu, maka
mereka akan bisa mengambil keuntungan dan manfaat dari segi manajemen.
Sistem teknologi adalah lingkungan kedelapan dalam catatan ini yang
perlu diperhatikan dalam pengembangan manajemen. Pengetahuan para
pengusaha dalam perkembangan mesin-mesin dan alat-alat ini sangat kurang atau
tidak merata. Perusahaan-perusahaan kecil dan menengah kerap kali terebut (atau
direbut) pasarannya oleh perusahaan-perusahaan besar asing karena kurang
mengikuti perkembangan teknologi. Penemuan-penemuan teknologi perlu
dilakukan guna mengangkat potensi yang ada. Apabila tidak, maka industri kita
akan dimasuki oleh teknologi asing yang memproduksi barang-barang baru yang
bahannya.
Dengan melihat lingkungan manajemen tersebut, barangkali kita bisa
menyederhanakan persoalan manajemen sebagai berikut. Dari segi penawaran
(supply-side), masalah utamanya adalah pengelolaan produksi. Dari segi
permintaan (demand-side) kita melihat pemasaran. Kedua segi itu dapat dibagi
pula menjadi dua lingkup permasalah yaitu lingkup internal dan eksternal.
Lingkup internal mengandung masalah-masalah yang kira-kira berada dalam batas
kemampuan pengusaha untuk mengatasinya. Sedangkan lingkup eksternal
mengandung masalah-masalah yang lebih banyak ditentukan faktor luar, bahkan
kerap kali berada di luar kemampuan pengusaha untuk mengusainya atau
mengubahnya.
Pengusaha yang lebih ”berbudaya” adalah mereka yang telah memikirkan
mutu, meningkatkan mutu, memelihara mutu, menciptakan standar mutu
berdasrkan harga-harga tertentu, mengembangkan desain-desai baru, memikirkan
selera konsumen, pokknya berorientasi pada pemenuhan kebutuhan dan selera
pembeli. Pengusaha yang baik dan berbudaya, senantiasa ingin memperbaiki mutu
produksinya, demi kepuasan konsumen.
Semua merupakan tujuan ”akhir” atau tujuan pokok dari suatu usaha.
Yang perlu diingat adalah, bahwa ”laba” apalagi laba yang sebesar-besarnya,
bukanlah tujuan utama pengusaha yang baik, berbudaya dan ingin maju, bukan
tujuan tunggal. Tujuan-tujuan yang laij adalah mencapai dan mempertahankan
stabilitas, mempertinggi produksi dan produktivitas, menganekaragamkan produk,
biar konsumen mempunyai pilihan yang lebih banyak, memperbaiki mutu dan
menjaga standar agar konsumen puasa dan tidak ragu akan jaminan mutiu, agar
dapat mempekerjakan lebih banyak orang, supaya upah buruh bisa dinaikkan,
supaya perusahaan secara keseluruhan bisa maju, dan semua orang bisa
mengambil manfaat dari kemajuan itu. Di samping tujuan akhir perusahaan, maka
pengusaha yang baik tentu akan melihat pula ke dalam dan memperhatikan
kekurangan-kekurangannya.
Tujuan-tujuan itu barangkali lebih merupakan tugas sehari-hari dari para
manajer atau pengusaha, tapi kerap kali mengandung nilai tersendiri jika kita
ingin memperbaiki manajemen. Modernisasi alat-alat produksi, menekan ongkos,
memperbaiki cara kerja, dan semacamnnya memerlukan kultur pula. Dalam
rangka itu semua, kita perlu memikirkan langkah-langkah strategis untuk
mencapaiu efektivitas manajemen praktis. Langkah-langkah atau pemikiranpemikiran
itu dapat diabstrakkan sebagai berikut:
Pertama, pengusaha dan manajer perlu mengenal diri sendiri, mengetahui
kekuatan maupun kelemahannya sehingga mampu mengaktualisasikan potensi
dirinya sendiri secara optimal dan seimbang. Kedua, pengusaha perlu menguasai
teknik-teknik manajemen, baik di bdang produksi maupun pemasaran, setidaktidaknya
atau lebih baik dalam rangka memajukan perusahaan, pengusaha bisa
memanfaatkan keahlian-keahlian teknis manajemen. Ketiga, pengusaha perlu juga
menambah pengetahuan dan selalu berusaha mengikuti perkembangan dengan
mendapatkan dan memperhatikan informasi dan bersikap tanggap. Keempat,
kerjasama di lingkungan perusahaan dalam pembagian kerja yang serasi
merupakan kunci kemajuan bersama. Termasuk di dalamnya, soal memperbaiki
suasana kerja, merupakan hal yang perlu diperhatikan. Kelima, pengusaha yang

ingin maju haruslah percaya pada organisasi dan cara kerja yang teratur. Keenam,
kerjasama melalui organisasi di luar perusahaan, merupakan kebutuhan mutlak
dalam situasi yang berkembang cepat itu, juga dalam rangka membentuk kekuatan
di lingkungan usahanya. Ketujuh, disiplin untuk membuat dan mentaati rencana,
merupakan ciri pula pada pengusaha yang ingin maju. Dan akhirnya, kontrol
terhadap orang lain dan diri sendiri merupakan faktor yang bisa melindungi
pengusaha dari kesulitan yang mungkin timbul.
Dengan demikian seorang usahawan dan pengusaha kecil memerlukan
strategi untuk dapat mengembangkan usahanya agar dapat memenangkan
persaingan.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik membuat
makalah berjudul “Isu Strategis Dalam Kewirausahaan dan Usaha Kecil”.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, dapat diidentifikasikan masalahnya
sebagai berikut:
1. Bagaimana tantangan dan masalah dalam kewirausahaan dan usaha kecil,
2. Bagaimana pengambilan resiko dan manajemen strategik usaha kecil,
3. Bagaimana cara membuat rencana bisnis untuk usaha kecil dan menengah.
1.3 Tujuan Makalah
Tujuan makalah ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis:
1. Tantangan dan masalah dalam kewirausahaan dan usaha kecil,
2. Pengambilan resiko dan manajemen strategik usaha kecil,
3. Cara membuat rencana bisnis untuk usaha kecil dan menengah.











BAB II
TINJAUAN TEORETIS
2.1 Arti Penting Perusahaan Kecil dan Bisnis Kewirausahaan
Sebelum membicarakan tentang manajemen usaha kecil ada baiknya kita
membicarakan dulu tentang kewirausahaan yang merupakan elemen yang penting
di dalam manajemen usaha kecil tersebut. Di Amerika Serikat misalnya,
kewirausahaan seringkali diartikan sebagai seseorang yang memulai bisnis baru,
kecil dan milik sendiri. Kata .wirausaha. atau .wiraswasta. dalam bahasa Indonesia
adalah padanan kata bahasa Perancis entrepreneur, yang sudah dikenal sejak abad
17. Wiraswasta berarti orang yang perkasa dan mandiri. Harus diakui memberikan
definisi realis dari wirausaha tidak semudah semudah memformulasi definisi
etimologisnya. Dalam berbagai referensi kita memenukan rumusan yang
dikemukakan para pakar manajemen tentang wirausaha atau entrepreneur.
Menurut Zimmerer dan Schorborough (1998) dalam Riyanti (2003:22)
menyebutkan sebagai berikut:
An entrepreneur is one who creates a new business in face of risk
and uncertainty for the purpose of achieving profit and growth by
identifying opportunities and assembling the necessary resource to
capitalize on them.
Peter dan Hisrich (1998:9) juga mengemukakan pendapat yang hampir senada,
yaitu :
Entrepreneurship is process of creating something new with value
by devoting the necessary time and effort, asumming the accompanying
financial, physic and social risk, and receiving the resultingrewards of
monetary and personal satisfactin and independence.
Meredith (2002) berpendapat bahwa para wirausaha adalah orang-orang
yang mempunyai kemampuan melihat dan menilai kesempatan-kesempatan
bisnis; mengumpulkan sumber-sumber daya yang dibutuhkan guna mengambil
keuntungan daripadanya dan mengambil tindakan yang tepat guna memastikan
sukses.
Dari berbagai pengertian tersebut tentang wirausaha dapat kita tarik suatu
kesimpulan, sebagai berikut : Wirausaha adalah orang yang menciptakan kerja
bagi orang lain dengan cara mendirikan, mengembangkan, dan melembagakan
perusahaan miliknya sendiri dengan bersedia mengambil resiko pribadi dalam
menemukan peluang berusaha dan secara kreatif menggunakan potensi-potensi
dirinya untuk mengenali produk, mengelola dan menetukan cara produksi,
menyusun operasi untuk pengadaan produk, memasarkannnya serta permodalan
operasinya..
Kewirausahaan memang sangat identik dengan usaha kecil. Tidak banyak
buku yang membahas tentang pengertian tentang usaha kecil dan menengah,
karena belum ada batasan dan kriteria yang baku mengenai usaha kecil dan
menengah. Wheelen dan Hunger (2002) berpendapat bahwa usaha kecil di
operasikan dan dimiliki secara independen, tidak dominan dalam daerahnya dan
tidak menggunakan praktek-praktek inovatif. Tapi usaha yang bersifat
kewirusahaan adalah usaha yang pada awalnya bertujuan untuk tumbuh dan
menguntungkan serta dapat dikarakteristikkan dengan praktek-pratek inovasi
strategis. Pengertian usaha kecil di Indonesia masih sangat beragam. Menurut
Undang-Undang ini, yang dimaksud dengan usah kecil adalah :
1. Memiliki kekayaan paling banyak Rp 200.000.000,- (tidak termasuk tanah dan
bangunan tempat usaha) atau
2. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 1.000.000.000,-
3. Milik warga negara Indonesia.
4. Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan
yang dimiliki, dikuasi atau berafiliasi baik langsung mauapaun tidak langsung
dengan usaha menengah atau usaha besar.
5. berbentuk usaha orang perorangan, badan usaha tidak berbadan hukum atau
badan usaha yang berbadan hokum termasuk koperasi.
Usaha kecil dapat dikelompokkan dalam dua kategori, yaitu mereka yang
langsung berhubungan dengan konsumen akhir (barang atau jasa konsumsi atau
final) dan mereka yang berhubungan dengan perusahaan lain sebagai pemasok,
sub kontrak dan lain-lain (Dirjen ILMK, 1997). Berdasarkan UU No.9/1995
tersebut juga, Departemen Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah membuat
empat kelompok bidang usaha yang ada pada usaha kecil dan menengah (UKM),
yaitu : perdagangan, industri pertanian, industri non pertanian dan aneka jasa.
Terlepas dari keragaman pengertian itu, kiranya penting untuk diketahui
adalah karakteristik atau ciri-ciri usaha kecil secara umum. Berdasarkan studistudi
yang dilakukan Mitzer serta Musselman dan Hugehs (Sutojo dkk, 1994),
dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri umum usaha kecil dalam garis besarnya adalah
sebagai berikut :
1. Kegiatan cenderung tidak formal dan jarang yang memiliki rencana usaha.
2. Struktur organisasi bersifat sederhana.
3. Jumlah tenaga terbatas dengan pembagian kerja yang longgar.
4. Kebanyakan tidak melakukan pemisahan antara kekayaan pribadi dengan
kekayaan perusahaan.
5. Sistem akuntansi kurang baik, bahkan kadang-kadang tidak memilikinya sama
sekali.
6. Skala ekonomi terlalu kecil sehingga sukar menekan biaya.
7. Kemampuan pemasaran serta diversifikasi pasar cenderung terbatas.
8. Margin keuntungan sangat tipis.
Di samping itu, usaha kecil dapat memainkan peranan penting untuk menjaga
dinamika pertumbuhan dan perluasan manfaat ekonomi bagi masyarakat luas.
Usaha kecil berperan bukan saja pada aspek sosial seperti pengentasan
kemiskinan, pemerataan kesempatan kerja, tetapi juga dapat menjadi sumber
pertumbuhan ekonomi pada sector industri dan ekspor.
Seorang wirausahawan sebagai seseorang yang mengorganisasi dan mengelola
sebuah bisnis dan mengambil risiko untuk mendapatkan keuntungan serta pada
ujungnya merupakan seorang manajer strategis. Semua level strategi-korporasi,
bisnis dan fungsional menjadi perhatian dari pendiri dan sekaligus pemilik
manajer perusahaan tersebut.
2.2 Manfaat Manajemen Staregis
Menurut David Hunger and Thomas (2003: 503) beberapa alasan
perusahaan kecil blm menggunakan perencanaan strategis secara efektif.
 Tidak cukup waktu. Masalah operasional sehari-hari menyita waktu yang
diperlukan untuk perencanaan jangka panjang.
 Tidak mengenal dengan baik perencanaan strategis. Pimpinan perusahaan
kecil mungkin tidak menyadari arti penting perencanaan strategis atau bahkan
memandangnya sebagai hal yang tidak relevan. Perencanaan mungkin
dipandang sebagai sesuatu yang tidak fleksibel.
 Kurangnya keahlian. Manajer perusahaan kecil sering tidak mempunyai
keahlian yang memadai untuk memulai perencanaan strategis dan tidak
mempunyai atau tidak ingin mengeluarkan sejumlah uang guna meminta
bantuan konsultan. Ketidakpastian masa depan justru digunakan untuk
membenarkan tidak adanya perencanaan.
 Kurangnya rasa percaya dan keterbukaan. Banyak pemilik-manajer
perusahaan kecil yang sangat sensitive terhadap informasi kunci bisnisnya dan
tidak mau mengembangkan perencanaan strategisnya bersama dengan
karyawan ataupun dengan pihak luar.
Memulai Proses Manajemen Strategis pada Perusahaan Kecil / Wirausahawan.
Pertanyaan informal untuk memulai proses manajemen strategis dalam
perusahaan kecil atau wirausaha.
Formal Informal
a tujuan keberadaan kita ?
Bagaimana bersaing dan mencapai sasaran ?
Aturan apa yang harus diikuti agar dapat
mengerjakan kegiatan dengan baik?
mbuat program
semurah dan sebaik mungkin ?
pa banyak biaya yang diperlukan dan dari
mana dana tersebut diperoleh ?
pa rinci kita harus menjelaskan tugas-tugas
yang akan dikerjakan ?
-faktor apa yang akan menentukan
kesuksesan kita dalam bekerja ?
Karakteristik Model Manajemen Strategik Pada Perusahaan Kecil:
1. Perumusan dan perencanaan strategik lebih bersifat informal, dimana
kepentingan pemilik masih cukup dominan
2. Sampai dengan tahap tertentu, peran pemilik dalam pelaksanaan keputusan
strategik masih dominan
3. Dalam tahap evaluasi, prosedur standar seringkali tidak dapat digunakan.

2.3 Kegunaan Proses Pengambilan Keputusan Staregis
Menurut David Hunger and Thomas (2003: 503), proses pembuatan
keputusan strategis:
1. Mengembangkan ide bisnis dasar, dengan melibatkan sebuah produk dan atau
jasa yang mempunyai target pelanggan dan atau pasar. Ide dapat berdasarkan
pengalaman seseorang atau dikembangkan melalui wawasan kreatif.
2. Mengamati lingkungan eksternal utk melihat faktor2 strategis yang ada pada
lingkungan social dan tugas, yang menunjukkan peluang dan ancaman.
Pengamatan seharusnya terfokus pada potensi pasar dan kemampuan sumber
daya untuk dapat diakses.
3. Mengamati factor strategis internal yang relevan dengan bisnis baru. Seorang
wirausahawan seharusnya mempertimbangkan secara objektif asset pribadi,
bidang keahlian, kemampuan, dan pengalaman, semua hal yang dibutuhkan
dalam bisnis baru.
4. Menganalisis factor strategis dalam situasi sekarang. Seorang wirausahawan
harus mengevaluasi kekuatan dan kelemahan potensial dari bisnisnya.
5. Memutuskan untuk berhenti atau melanjutkan dengan menentukan apakah ide
dasar bisnis masih tetap layak dilanjutkan.
6. Mengembangkan sebuah rencana bisnis yang menguraikan ide menjadi sebuah
kenyataan.
7. Menerapkan rencana bisnis dengan prosedur dan rencana tindakan.
8. Mengevaluasi rencana bisnis yg diterapkan dengan membandingkan kinerja
actual dengan proyeksi kinerja.

2.4 Isu-isu dalam Pengamatan Lingkungan dan Perumusan Strategis
Pengamatan lingkungan dalam bisnis kecil lebih sederhana dibanding
perusahaan besar. Bisnis biasanya terlalu kecil untuk menarik seseorang untuk
hanya menjalankan aktivitas pengamatan lingkungan atau perencanaan strategis.
Manajer puncak, terlebih jika sekaligus sebagai pemilik, cenderung yakin bahwa
mereka mengetahui bisnisnya dengan lebih baik.
Alasan mendasar perbedaan perumusan strategis antara perusahaan besar
dengan perusahaan kecil terletak pada hubungan antara manajer dan pemilik. CEO
perusahaan besar biasanya harus mempertimbangkan berbagai kepentingan yang
beragam dari semua stakeholder. CEO perusahaan kecil yang juga bertindak
sebagai pemilik stakeholder utama perusahaan. Analisis SWOT relevan bagi
perusahaan kecil maupun perusahaan besar. Kekuatan dan kelemahan terbesar
dari perusahaan kecil, khususnya pada tahap awal, ada pada pemilik-manajer
perusahaan tersebut. Wirausahawan adalah seorang manajer, sumber strategi
produk/pasar, dan penggerak perusahaan. Oleh karena itu penilaian internal
terhadap kekuatan dan kelemahan perusahaan baru berfokus pada aspek personal
pendiri- asset, kemampuan, keahlian dan pengalaman.
 Sumber Inovasi
Menurut David Hunger and Thomas (2003: 509), terdapat tujuh sumber
peluang inovasi dalam memulai bisnis kewirausahaan:
1. Hal yang tidak diharapkan
2. Sesuatu yang bertentangan
3. Inovasi berdasarkan kebutuhan proses
4. Perubahan dalam industry atau struktur pasar
5. Demografis
6. Perubahan persepsi, suasana hati, dan arti hidup
7. Pengetahuan baru
 Faktor-faktor yang mempengaruhi kesuksesan perusahaan baru
Menurut C.W. Hofer dan W.R. Sandberg dalam Wheelen dan Hunger (2002),
ada tiga faktor yang berpengaruh terhadap kinerja usaha kecil terutama untuk
usaha baru. Sesuai dengan tingkat pengaruhnya, faktor-faktor tersebut adalah :
1. Struktur industri
Karakteristik produk industri mempunyai pengaruh langsung terhadap
suksesnya perusahaan baru. Pertama, perusahaan baru akan lebih sukses ketika
memasuki industri dengan yang heterogen daripada yang homogen. Pada industri
yang produknya heterogen, perusahaan baru dapat mendiferensiasi produknya dari
produk pesaing dengan produk yang unik dengan memfokuskan pada segmen
pasar yang mempunyai kebutuhan unik. Kedua, menurut data hasil studi,
perusahaan baru akan lebih sukses jika produknya merupakan produk yang relatif
tidak penting terhadap kebutuhan total pembelian konsumen daripada jika produk
tersebut penting. Konsumen akan lebih mempunyai kesempatan untuk mencoba
produk baru jika produk tersebut lebih murah dan kegagalan karena
mengkonsumsi produk tersebut tidak beresiko.
2. Strategi Bisnis
Kunci sukses bagi kebanyakan perusahaan baru adalah : (a).
mendiferensiasi produk dari produk pesaing dalam hal kualitas dan layanan, dan
(b). memfokuskan produk pada kebutuhan konsumen dalam segmen pasar yang
dimasukki untuk mendapatkan ceruk pasar (strategi kompetitif diferensiasi dari
Porter).
3. Karakteristik Wirausaha
Ada empat faktor perilaku yang berpengaruh terhadap kesuksesan
perusahaan baru, yaitu :
a. Wirausaha sukses lebih baik dibanding orang lain dalam mengidentifikasi
kesempatan bisnis potensial. Mereka memfokuskan pada aspek kesempatan,
bukan pada masalah, dan mencoba belajar dari kegagalan. Wirausahawan
berorientasi pada tujuan dan mempunyai pengaruh budaya yang kuat pada
organisasinya.
b. Wirausaha sukses biasanya memiliki sense of urgency yang membuat mereka
beroreintasi pada tindakan. Mereka mempunyai kebutuhan yang tinggi untuk
berprestasi dan hal itu memotivasi mereka untuk mengembangkan ide ke
dalam tindakan.
c. Wirausahawan sukses mempunyai pengetahuan terinci atas faktor-faktor kunci
yang diperlukan untuk sukses dalam industry dan stamina fisik yang
diperlukan untuk pekerjaannya.
d. Wirausahawan sukses mencari bantuan dari pihak luar untuk melengkapi
keahlian, pengetahuan dan kemampuannya.
 Beberapa petunjuk untuk kesuksesan perusahaan baru
Menurut David Hunger and Thomas (2003: 509), beberapa tip untuk keberhasilan
perusahaan kecil :
a. Fokus pada industri yang pertumbuhannya cepat, khususnya industri yang
dikuasai pesaing yang sudah mapan
b. Mencari industri dimana perusahaan yang lebih kecil memiliki posisi
persaingan yang lemah
c. Mencari industri dimana ada peluang untuk menciptakan halangan masuk
yang tinggi untuk pesaing potensial
d. Mencari industri dengan heterogenitas produk tinggi, dan produk tersebut
relatif tidak penting bagi kesumsesan konsumen
e. Memprioritaskan Strategi differensiasi dan inovasi, dengan memperhatikan
aspek harga yang memadai
f. Menekankan pada aspek inovasi, khususnya inovasi produk, yang menyatu
secara integral pada kemampuan organisasi
g. Mengupayakan pertumbuhan yang alamiah dan organic melalui fleksibilitas
dan kesempatan.
2.5 Isu-isu dan Implementasi Strategi
Implementasi strategis dalam perusahaan kecil melibatkan banyak isu
yang sama dengan yang terjadi pada perusahaan besar. Perbedaan utama yang ada
adalah siapa yang harus menerapka strategi. Pada perusahaan kecil, perencanaan
strategis biasanya merupakan pelaksanaan strategi.
 Tahap pengembangan perusahaan kecil
Tahap A : Eksistensi
Pertama kali wirausaha menghadapi masalah dalam mendapatkan
pelanggan dan menyediakan produk dan jasa yang ditawarkan. Struktur organisasi
masih sederhana.
Tahap B : Kelangsungan hidup
Perusahaan mulai dapat memuaskan kebutuhan pelanggan agar terus
hidup. Keseluruhan bisnis akan tutup bila pemilik kehabisan modal awal.
Perusahaan yang memasuki tahap kelangsungan hidup akan memberi perhatian
pada pengembangan aliran kas yang diperlukan untuk memperbaiki dan
mengganti asset modal serta untuk membiayai tahap pertumbuhan dalam upaya
memenuhi kebutuhan pelanggan.
Tahap C : Sukses
Pada tahap ini penjualan perusahaan telah mencapai tingkatan dimana
perusahaan tidak hanya mendapat untung, tetapi juga menghasilkan aliran kas
yang cukup untuk diinvestasikan kembali. Isu kunci pada tahap ini adalah:
 Melepaskan.
Perusahaan dapat mengikuti strategi stabilitas dengan baik dan
tetap nyaman dalam posisinya sekarang, dimana perubahan lingkungan tidak
akan mengganggu posisi perusahaan atau mengurangi kemampuan bersaing
perusahaan. Mulai tahap ini manajer-manajer fungsional menggantikan peran
pemilik.
 Pertumbuhan.
 Seorang wirausahawan akan menanggung risiko atas semua kas
dan pinjaman perusahaan untuk tumbuh. Perencanaan strategis dan
operasional dikembangkan dengan baik dan melibatkan pemilik.
Tahap D : Tinggal Landas
Masalah utama pada tahap ini adalah bagaimana perusahaan tumbuh
secara cepat dan bagaimana membiayai pertumbuhan tersebut. Pendiri harus
belajar mendelegasikan tugas kepada manajer professional spesialis atau kepada
tim manajer yang terdiri atas manajemen puncak perusahaan.
Tahap E : Kematangan sumber daya
Pada tahap ini perusahaan telah mencapai posisi dan karakteristik sebagai
perusahaan besar. Perusahaan mungkin masih berukuran kecil sampai sedang,
tetapi dikenal sebagai pemain penting dalam industri. Perhatian terbesar
perusahaan pada tahap ini adalah: mengontrol hasil finansial sebagai akibat
pertumbuhan yang cepat dan mempertahankan fleksibilitas dan semangat
kewirausahaan.
Resnik dalam Certo dan Peter (1991) membuat sepuluh saran untuk formulasi
strategi usaha kecil yang dirancang untuk mempertinggi kesempatan hidup dan
sukses. Adapun kesepuluh formulasi strategi tersebut, adalah sebagai berikut :
1. Menjadi Obyektif. Angan-angan sendiri tidak memiliki tempat di dalam
bangunan sebuah bisnis. Kejujuran, penilaian yang tenang dari kekuatan dan
kelemahan perusahaan dan keahlian bisnis serta manajemennya adalah hal
yang mendasar.
2. Membuat sederhana dan terfokus. Dalam usaha kecil, kesederhanaan adalah
efektif. Usaha dan sumber daya, seharusnya dikonsentrasikan dimana dampak
dan keuntungan adalah hal yang paling utama.
3. Fokus pada pasar yang menguntungkan. Kelangsungan hidup dan
keberhasilan usaha kecil oleh persediaan barang dan jasa khusus yang
menemukan keinginan dan kebutuhan dari pemilihan kelompok pelanggan.
4. Mengembangkan rencana pemasaran. Usaha kecil harus memutuskan
bagaimana untuk meraih dan menjual kepada pelanggan.
5. Memanajemen tenaga kerja secara efektif. Kesuksesan usaha kecil tergantung
pada bangunan, pengaturan dan motivasi sebuah tim pemenang.
6. Membuat catatan keuangan yang jelas. Usaha kecil perlu untuk memiliki
catatan asset, liabilitas, penjualan, biaya dan informasi akunting lainnya dalam
urutan untuk kelangsungan hidup dan keberhasilan.
7. Tidak pernah menghambur-hamburkan kas. Kas adalah raja di dalam dunia
usaha kecil.
8. Menghindari perangkap yang berulang-ulang dari pertumbuhan yang cepat.
Usaha kecil harus hati-hati melakukan ekspansi.
9. Mengerti seluruh fase bisnis. Pengendalian usaha kecil dan kemajuan
keuntungan usaha kecil , tergantung pada pengertian yang lengkap dari
seluruh fungsi bisnis.
10. Merencanakan ke depan. Usaha kecil harus memformulasikan secara kritis
dan menantang, pencapaian yang masih, tujuan dan mengubahnya menjadi
aktifitas yang produktif.
Hisrich dan Peter (1998) menyatakan dua hal yang harus diperhatikan di
dalam menumbuhkan usaha agar bisa mencapai keberhasilan, yaitu :1)
Pengendalian keuangan, yang bisa dilakukan dengan meminimalkan biaya yang
dikeluarkan dan memaksimalkan penjualan; dan 2) Pengendalian tenaga kerja,
dengan cara merekrut, memotivasi dan mengarahkan mereka agar menjadi suatu
tim yang kuat.








BAB III
ANALISIS KOMPARATIF
3.1 Tantangan Dan Masalah Usaha Kecil
Memang cukup berat tantangan yang dihadapi untuk memperkuat struktur
perekonomian nasional. Pembinaan pengusaha kecil harus lebih diarahkan untuk
meningkatkan kemampuan pengusaha kecil menjadi pengusaha menengah.
Namun disadari pula bahwa pengembangan usaha kecil menghadapi beberapa
kendala seperti tingkat kemampuan, ketrampilan, keahlian, manajemen sumber
daya manusia, kewirausahaan, pemasaran dan keuangan. Lemahnya kemampuan
manajerial dan sumberdaya manusia ini mengakibatkan pengusaha kecil tidak
mampu menjalankan usahanya dengan baik. Secara lebih spesifik, masalah dasar
yang dihadapi pengusaha kecil adalah: Pertama, kelemahan dalam memperoleh
peluang pasar dan memperbesar pangsa pasar. Kedua, kelemahan dalam struktur
permodalan dan keterbatasan untuk memperoleh jalur terhadap sumber-sumber
permodalan. Ketiga, kelemahan di bidang organisasi dan manajemen sumber daya
manusia. Keempat, keterbatasan jaringan usaha kerjasama antar pengusaha kecil
(sistem informasi pemasaran). Kelima, iklim usaha yang kurang kondusif, karena
persaingan yang saling mematikan. Keenam, pembinaan yang telah dilakukan
masih kurang terpadu dan kurangnya kepercayaan serta kepedulian masyarakat
terhadap usaha kecil. Secara garis besar, tantangan yang dihadapi pengusaha kecil
dapat dibagi dalam dua kategori: Pertama, bagi PK dengan omset kurang dari Rp
50 juta umumnya tantangan yang dihadapi adalah bagaimana menjaga
kelangsungan hidup usahanya. Bagi mereka, umumnya asal dapat berjualan
dengan “aman” sudah cukup. Mereka umumnya tidak membutuhkan modal yang
besar untuk ekspansi produksi; biasanya modal yang diperlukan sekedar
membantu kelancaran cashflow saja. Bisa dipahami bila kredit dari BPR-BPR,
BKK, TPSP (Tempat Pelayanan Simpan Pinjam-KUD) amat membantu modal
kerja mereka. Kedua, bagi PK dengan omset antara Rp 50 juta hingga Rp 1
milyar, tantangan yang dihadapi jauh lebih kompleks. Umumnya mereka mulai
memikirkan untuk melakukan ekspansi usaha lebih lanjut. Berdasarkan
pengamatan Pusat Konsultasi Pengusaha Kecil UGM, urutan prioritas
permasalahan yang dihadapi oleh PK jenis ini adalah (Kuncoro, 1997): (1)
Masalah belum dipunyainya sistem administrasi keuangan dan manajemen yang
baik karena belum dipisahkannya kepemilikan dan pengelolaan perusahaan; (2)
Masalah bagaimana menyusun proposal dan membuat studi kelayakan untuk
memperoleh pinjaman baik dari bank maupun modal ventura karena kebanyakan
PK mengeluh berbelitnya prosedur mendapatkan kredit, agunan tidak memenuhi
syarat, dan tingkat bunga dinilai terlalu tinggi; (3) Masalah menyusun
perencanaan bisnis karena persaingan dalam merebut pasar semakin ketat; (4)
Masalah akses terhadap teknologi terutama bila pasar dikuasai oleh
perusahaan/grup bisnis tertentu dan selera konsumen cepat berubah; (5) Masalah
memperoleh bahan baku terutama karena adanya persaingan yang ketat dalam
mendapatkan bahan baku, bahan baku berkulaitas rendah, dan tingginya harga
bahan baku; (6) Masalah perbaikan kualitas barang dan efisiensi terutama bagi
yang sudah menggarap pasar ekspor karena selera konsumen berubah cepat, pasar
dikuasai perusahaan tertentu, dan banyak barang pengganti; (7) Masalah tenaga
kerja karena sulit mendapatkan tenaga kerja yang terampil.
 Mencari Strategi Pemberdayaan Yang Tepat
Strategi pemberdayaan yang telah diupayakan selama ini dapat
diklasifikasikan dalam:
 Aspek managerial, yang meliputi: peningkatan produktivitas/omset/tingkat
utilisasi/tingkat hunian, meningkatkan kemampuan pemasaran, dan
pengembangan sumberdaya manusia.
 Aspek permodalan, yang meliputi: bantuan modal (penyisihan 1-5%
keuntungan BUMN dan kewajiban untuk menyalurkan kredit bagi usaha kecil
minimum 20% dari portofolio kredit bank) dan kemudahan kredit
(KUPEDES, KUK, KIK, KMKP, KCK, Kredit Mini/Midi, KKU).
 Mengembangkan program kemitraan dengan besar usaha baik lewat sistem
Bapak- Anak Angkat, PIR, keterkaitan hulu-hilir (forward linkage),
keterkaitan hilir-hulu (backward linkage), modal ventura, ataupun subkontrak.
 Pengembangan sentra industri kecil dalam suatu kawasan apakah berbentuk
PIK (Pemukiman Industri Kecil), LIK (Lingkungan Industri Kecil), SUIK
(Sarana Usaha Industri Kecil) yang didukung oleh UPT (Unit Pelayanan
Teknis) dan TPI (Tenaga Penyuluh Industri).
 Pembinaan untuk bidang usaha dan daerah tertentu lewat KUB (Kelompok
Usaha Bersama), KOPINKRA (Koperasi Industri Kecil dan Kerajinan).
Harus diakui telah cukup banyak upaya pembinaan dan pemberdayaan
usaha kecil yang dilakukan oleh lembaga-lembaga yang concern dengan
pengembangan usaha kecil. Hanya saja, upaya pembinaan usaha kecil sering
tumpang tindih dan dilakukan sendiri-sendiri. Perbedaan persepsi mengenai usaha
kecil ini pada gilirannya menyebabkan pembinaan usaha kecil masih terkotakkotak
atau sector oriented, di mana masing-masing instansi pembina menekankan
pada sektor atau bidang binaannya sendiri- sendiri. Akibatnya terjadilah dua hal:
(1) ketidakefektifan arah pembinaan; (2) tiadanya indikator keberhasilan yang
seragam, karena masing-masing instansi pembina berupaya mengejar target dan
sasaran sesuai dengan kriteria yang telah mereka tetapkan sendiri. karena egoisme
sektoral/departemen, dalam praktek sering dijumpai terjadinya "persaingan" antar
organisasi pembina. Bagi pengusaha kecil pun, mereka sering mengeluh karena
hanya selalu dijadikan "obyek" binaan tanpa ada tindak lanjut atau pemecahan
masalah mereka secara langsung. Dalam konteks inilah, usulan Assauri (1993)
untuk mengembangkan interorganizational process dalam pembinaan usaha kecil
menarik untuk kita simak. Dalam praktek, struktur jaringan dalam kerangka
organisasi pembinaan usaha kecil semacam ini dapat dilakukan dalam bentuk
inkubator bisnis dan PKPK (Pusat Konsultasi Pengusaha Kecil). PKPK adalah ide
dari Departemen Koperasi dan PPK, yang diharapkan dapat berfungsi sebagai
wadah pengembangan pengusaha kecil menjadi tangguh dan atau menjadi
pengusaha menengah melalui kerjasama dengan perguruan tinggi dan koordinasi
antar instansi. Saat ini tercatat sudah ada 16 PKPK di Indonesia, yang tersebar di
propinsi, yang konon diperluas hingga 21 perguruan tinggi pada 18 propinsi.
Kegiatan semacam ini ini merupakan suatu terobosan yang tepat mengingat
potensi pengusaha kecil di Indonesia sangat memungkinkan untuk dikembangkan

3.2 Pengambilan Resiko Dan Manajemen Strategik Usaha Kecil
Para wirausaha merupakan pengambil resiko yang sudah diperhitungkan.
Mereka bergairah menghadapi tantangan. Wirausaha menghindari situasi risiko
rendah karena tidak ada tantangannya dan menjauhi situasi risiko tinggi, karena
mereka ingin berhasil. Mereka menyukai tantangan yang dapat dicapai.
Apakah Situasi Berisiko itu?
Situasi berisiko terjadi jika anda diminta membuat pilihan antara dua
alternatif atau lebih, yang bakal hasilnya tidak diketahui dan harus dinilai secara
obyektif. Situasi ini mengandung potensi kegagalan dan potensi sukses. Semakin
besar kemungkinan kerugian, semakin besar risikonya. Kebanyakan ciri-ciri
wirausaha saling berkaitan. Hal ini lebih-lebih berlaku pada perilaku pengambilan
risiko. Beberapa kaitan itu antara lain demikian: Pengambilan risiko berkaitan
dengan kreativitas dan inovasi serta merupakan bagian penting dalam mengubah
ide menjadi realitas. Pengambilan risiko berkaitan dengan kepercayaan pada diri
sendiri Pengetahuan realistik mengenai kemampuan-kemampuan anda sendiri
juga penting. Dalam mengambil keputusan perlu adanya suatu alternatif yang
harus diambil, yaitu alternatif yang “mengandung risiko” atau alternatif
“konservatif” tergantung pada:
a. Daya tarik setiap alternatif
b. Sejauh mana anda bersedia rugi
c. Kemungkinan relatif sukses dan gagal
d. Seberapa jauh anda meningkatkan.
Kebanyakan ciri-ciri wirausaha saling berkaitan, antara lain: Pengambilan
risiko berkaitan dengan kreativitas dan inovatif, Pengambilan risiko berkaitan
dengan kepercayaan pada diri sendiri, Pengetahuan realistik.
Pengambilan Risiko Pribadi
Hal yang hakiki dalam merealisasi potensi anda sendiri sebagai wirausaha.
Contohnya: pengambilan risiko dalam hubungan pribadi dengan istri, temanteman
dan tetangga akan membantu anda memperoleh pengalaman untuk menilai
serta mengambil risiko dan mengelakkan risiko yang kecil ganjaran potensialnya.
 Mengembangkan Ide-ide Kreatif
Pengambilan risiko dan kreativitas merupakan dua ciri penting para
wirausaha. Dengan berusaha menjadi lebih kreatif, anda juga menjadi lebih sadar
akan ide-ide yang baik, maka anda akan lebih siap mengambil risiko yang perlu
untuk melaksanakan ide-ide anda yang paling produktif.Jangan pernah
memaksakan ide anda pada seseorang. Orang memerlukan waktu sebelum dapat
menerima sesuatu yang baru. Ide yang melibatkan masa depan organisasi
mengandung risiko. Setiap ada rsiko biasanya orang agak ragu-ragu. Untuk
mengurangi risiko ditolaknya suatu ide, saran-saran berikut mungkin dapat
menolong:
- Coba utarakan ide anda kepada isteri atau teman-teman anda
- Pilihlah tempat dan waktu untuk mengemukakan ide anda kepada orang lain.
- Kemukakan ide anda sedikit demi sedikit
 Tipologi Pengambil Risiko
Pada tingkat-tingkat bawah organisasi dibutuhkan pekerja-pekerja yang
terampil dalam melaksanakan hal-hal yang rutin, yang sedikit saja risikonya.
Pada tingkat manajemen menengah terdapat lebih banyak kemungkinan untuk
pengambilan risiko.
Mendelegasikan Wewenang dan TanggungJawab
Seorang pemimpin harus bisa mengarahkan kegiatan-kegiatan orang dalam
usaha mencapai tujuan-tujuan perusahaan. Dan sebagai seorang pemimpin
organisasi harus bersedia memberikan wewenang dan tanggungjawab kepada staf
dalam kegiatan.
Pengambilan risiko khususnya penting dalam mendelegasikan wewenang
dan tanggung jawab kepada staf anda. Mengijinkan orang lain berperanserta
dalam kewenangan anda merupakan ciri dari wirausaha dan berbakat maju.
Semakin banyak anda dapat mendelegasikan wewenang secara berhasil, semakin
banyak waktu anda untuk menangani kegiatan-kegiatan yang paling berpengaruh
atas keberhasilan masa depan organisasi anda.
Melaksanakan Perubahan
Dalam setiap kegiatan pertama-tama anda harus dapat menentukan apakah
terkandung risiko, kekuatan, posisi dan kewenangan anda akan mendapat
tantangan. Jika anda tahu bahwa ada sesuatu yang salah dalam bisnis anda, anda
haruslah dapat menilai situasi itu secara realistic dan mencoba memecahkannya,
Anda haruslah bersedia mengambil tindakan korektif yang diperlukan, yang
mungkin akan mengandung risiko tertentu.
Kemampuan mengambil risiko seorang wirausaha akan ditingkatkan oleh:
Keyakinan pada dirinya, kesedian dalam menggunakan kemampuan, kemampuan
dalam menilai situasi, menghadapi situasi risiko sesuai tujuan. Inovasi dalam
bisnis yang menghasilkan barang dan jasa yang berkualitas lebih tinggi adalah
hasil dari tindakan para wirausaha, yang bersedia menerima tantangan-tantangan
lebih besar dan memikul risiko yang sudah diperhitungkan.
Mengevaluasi Risiko
Data kuantitatif (angka-angka) akan membantu anda mengevaluasi setiap
risiko dan menetapkan tujuan-tujuan anda dan juga memungkinkan anda
menggariskan kemajuan secara sistematis. Akhirnya melalui data kuantitatif,
anda akan mampu mengukur hasil-hasil yang dicapai dalam hubungan dengan
ide-ide semula anda. Evaluasilah kebutuhan-kebutuhan sebelum memutuskan
untuk mengambil risiko. Ada beberapa pertanyaan sebelum memutuskan untuk
mengambil risiko, sebagai berikut:
Apakah risiko itu sepadan dengan hasilnya?
Bagaimanakah risiko dapat dikurangi?
Informasi apakah yang diperlukan sebelum risiko di ambil?
Orang-orang dan sumber-sumber daya manakah yang dapat membantu
mengurangi risiko dan dan mencapai tujuan?
Mengapa risiko ini penting?
Apakah kekuatan anda dalam mengambil risiko ini?
Apakah anda bersedia berusaha sekuat tenaga untuk mencapai tujuan ini?
Apakah yang akan dapat anda capai dengan mengambil risiko itu?
Bagaimana anda dapat mengetahui secara kuantitatif bahwa tujuan anda telah
tercapai?
Apakah halangan-halangan terbesar dalam mencapai tujuan ini?
Dalam bisnis, seperti juga dalam hidup , jelas tidak mungkin mengelakkan
risiko. Jika anda mengambil risiko, anda akan menemukan kemampouan anda
dan akan lebih yakin pada diri sendiri dan pandangan anda terhadap pengambilan
risiko akan lebih positif, karena anda percaya pada kemampuan-kemampuan anda.
Dan anda menerima risiko sebagai tantangan-tantangan yang menuntut upayaupaya
anda yang terbaik dalam mencapai tujuan.
Contoh Pengambilan Risiko
Meskipun pengambilan risiko merupakan suatu gaya perilaku,
pengambilan risiko dengan penuh perhitungan merupakan suatu keterampilan
yang dapat ditingkatkan. Berikut ini adalah prosedur-prosedur untuk
menganalisis sebuah situasi risiko.:
Taksiran Risiko itu, tujuan dan sasaran, telitilah Alternatif, kumpulkan Informasi
dan ukurlah Alternatif-alternatif, bagaimana meminimkan Risiko? Rencanakan
dan Laksanakan Sebuah Alternatif
1. Taksiran Risiko Itu
Langkah pertama adalah menaksir ada tidaknya risiko di dalam nyayakni
apakahterdapat potensi rugi dalam memilih sebuah alternative. Pilihan-pilihan
anda adalah:
- Tetaplah pada tingkat permintaan anda yang sekarang
- Membeli peralatan lebih banyak untuk memenuhi permintaan
- Menyewa peralatan untuk memenuhi permintaan
- Mensubkontrakkan kepada pembikin-pembikin yang lebih kecil.
2. Tujuan dan sasaran
Sasaran sebuah perusahaan mungkin dirumuskan: mencapai pertumbuhan
yang pelan-pelan, atau pertumbuhan mantap, atau tidak tumbuh atau pertumbuhan
dalam bidang produk lain. Andalah yang harus memutuskan apakah risiko yang
muncul itu taat azas dengan tujuan dan sasaran anda. Jika taat azas, proses
pengambilan keputusan diteruskan; dan lakukanlah penaksiran alternative yang
rinci.
3. Telitilah Alternatif
Pengambilan risiko tertentu (yakni keputusan untuk meluaskan produksi)
konsisten dengan sasaran-sasaran perusahaan anda, maka langkah berikutnya
adalah mengadakan survai atas pelbagai alternative.
Beberapa pertanyaan bagi anada yamg ingin teliti dalam alternatif :
- Apakah sebuah alternative akan menyita usaha pribadi anda?
- Apakah kegagalan akan menjatuhkan prestise social?
- Anda perlu menentukan biaya keuangan dan biaya-biaya lain untuk setiap
alternative yang dapat dijalankan
4. Kumpulkan Informasi dan Ukurlah Alternatif-alternatif
Tahap berikutnya adalah mengumpulkan informasi secara intensif
sehingga penaksiran setiap kemungkinan realistic dapat dibuat secara realistic.
Pelbagai akibat sebaiknya ditelusuri terus dengan kesimpulan-kesimpulan
logisnya. Jika permintaan mendekati titik kejenuhan, apakah modifikasi produk
mendorong kenaikan permintaan di pasar baru?
Apakah terdapat pasar-pasar baru jika kegiatan persaingan mengurangi bagaian
pasar yang sekarang?
Dapatkan peralatan mesin dimodifikasi dengan mudah untuk membuat produkproduk
lain?
Apakah ada kemungkinan para pembekal dan sub kontraktor menaikkan hargaharganya
jika permintaan bertambah?
 Meminimkan Risiko
Langkah yang menentukan berisikan penaksiran secara realistic tentang
sejauh mana anda dapat mempengaruhi keadaan. Hal ini mengandung unsurunsur:
 Kesadaran yang jelas tentang kemampuan-kemampuan anda dan kekuatan
perusahaan
 Kreativitas dalam menentukan cara mengubah keadaan (demi keuntungan
anda)
 Kemampuan merencanakan taktik dan strategi untuk mewujudkan perubahan
itu; dan
 Dorongan, energi dan antusiasme untuk melaksanakan strategi itu.
 Rencanakan dan Laksanakan Sebuah Alternatif
Sekali sebuah alternative telah dipilih, maka disusunlah sebuah rencana
untuk pelaksanaannya. Rencana ini mengandung sebuah :
- Jadual waktu,
- Rumusan tujuan yang jelas
- Seperangkat rencana darurat untuk pelbagai hasil yang mungkin terjadi
- Sebuah proses umpan balik
 Manajemen Strategik
Adalah proses pengembangan suatu rencana bisnis untuk menuntun
perusahaan sewaktu berjuang mencapai misi, tujuan, dan cita-cita serta untuk
menjaga arah tujuan yang diinginkan.
Prosedur Manajemen Strategis Perusahaan Kecil, meliputi :
1. Gunakan horizon perencanaan yang relatif.
2. Tidak formal dan tidak terstruktur
3. Dorong peran karyawan dan pihak luar
4. Jangan mulai penetapkan cita-cita
5. Fokuskan pada berpikir strategi
Proses Manajemen Strategis terdiri dari 10 langkah:
1. Kembangkan suatu visi yang jelas dan terjemahkan menjadi pertanyaan
a. misi yang mempunyai arti.
2. Definisikan kompetensi inti perusahaan
3. Berikan penilaian mengenai kekuatan
4. Perhatikan sekeliling untuk mendapatkan peluang
5. Identifikasikan faktor-faktor kunci untuk keberhasilan bisnis
6. Analisa para pesaing
7. Ciptakan tujuan dan cita-cita perusahaan
8. Fomulasikan pilihan-pilihan strategis
9. Jabarkan perencanaan strategis
10. Tetapkan suatu pengendalian yang cermat
Unsur – unsur Pernyataan Misi
1. Apa dasar kepercayaan dan nilai organisasi kita? Apa yang kita bela?
2. Siapa pelanggan sasaran kita?
3. Apa produk dan jasa pokok kita? Apa yang diperlukan tau diinginkan
pelanggan agar mereka puas?
4. Bagimana agar kita dapat lebih memuaskan kebutuhan atau keinginan
mereka?
5. Mengapa pelanggan berurusan dengan kita bukan dengan pesaing?
6. Apa yang mengandung nilai bagi pelanggan? Bagaimana kita dapat
menawarkan nilai yang lebih baik?
7. Apa keunggulan bersaing kita? Apa sumber-sumbernya?
8. Dalam pasar yang bagaimana kita akan memilih untuk bersaing?
9. Siapa yang berkepentingan dengan perusahaan kita?
10. Apa manfaat yang harus dapat kita berikan pada pelanggan 5 tahun terakhir?

3.3 Cara Membuat Rencana Bisnis Untuk Usaha Kecil dan Menengah
Beberapa cara membuat rencana bisnis untuk usaha kecil dan menengah :
( Langkah 1) Have a VISI untuk Usaha Kecil dan Menengah. What do
you want to do? Apa yang dimaksud dengan niche khusus atau demografis ingin
Anda setelah melakukan? Visi harus fokus, jelas, singkat, dan sangat spesifik.
Tanpa visi yang jelas untuk Anda usaha kecil, Anda akan menembak ke sana-sini.
Anda harus menghabiskan banyak waktu dan pemikiran dalam menciptakan visi
yang jelas untuk usaha kecil. Perusahaan-perusahaan besar – dan jika Anda
menjadi sebuah bisnis besar – memiliki kemewahan pemasaran sendiri ke banyak
demografis. Think jumlah demografis Coca Cola ke pasar. Anda, di sisi lain,
sebagai pemilik usaha kecil, perlu pergi setelah satu atau dua sangat spesifik
niches agar dapat berhasil. Yang membawa kita ke langkah 2.
(Langkah 2) Membuat TUJUAN KEUANGAN BULANAN. Berapa
banyak uang yang anda perlukan untuk membuat di Januari? di bulan Februari?
Pada semua bulan dalam setahun untuk melakukan investasi senilai sedangkan
Anda? Ini harus realistis keuangan berdasarkan tujuan atas tujuan-tujuan
pemasaran. Memiliki tujuan dengan masing-masing Anda melakukan strategi
pemasaran dan melacak tujuan Anda untuk melihat apakah mereka datang ke
hasil. Jika tidak, memodifikasi sarana pencapaian tujuan. Don’t be a pie-in-thesky
dreamer yang berpikir bahwa mereka 15 brosur di toko grocery lokal akan
mendatangkan pendapatan $ 10,000 pada bulan Desember misalnya.
Entrepreneurialism adalah untuk realists – tidak idealists. Yang membawa kita ke
langkah 3.
( Langkah 3) Rincian pengeluaran Anda BULANAN. Apa yang akan
Anda biaya akan di Januari? di bulan Februari? pada semua bulan dalam setahun?
Biaya ini harus rinci dan seakurat mungkin. Menyiapkan berbagai kategori dan
subkategori untuk setiap pengeluaran. Yang membawa kita ke langkah 4.
( Langkah 4) Anda akan bertanggung jawab untuk rencana bisnis untuk
sepanjang tahun, khususnya untuk bulanan dan tahunan pendapatan serta
pengeluaran Anda. Mengubah strategi pemasaran yang dapat dimengerti jika tidak
memukul tujuan setelah 3 bulan, namun tujuan keuangan tahunan harus tetap
konsisten.
 Arti Penting Rencana Bisnis
Tiga perempat dari usaha kecil gagal dalam dua atau tiga tahun pertama.
Pemilik usaha yang menyiapkan sebuah rencana bisnis, perencanaan struktur dan
strategi bisnis sebagai fungsi dari masing-kegiatan bisnis, lebih memungkinkan
untuk mencapai keberhasilan dan menghindari kegagalan. Bahkan jika mereka
tidak gagal, mereka akan membuat lebih banyak keuntungan daripada jika mereka
tidak memiliki perencanaan. Rencana bisnis bukan hanya urusan meminjam uang.
Satu-satunya hal yang seringkali dijadikan alasan pemilik membuat bisnis plan
hanya ketika mereka berniat pergi ke bank atau investor untuk meminta uang.
Setelah persyaratan pinjaman beres, maka rencana tiggal rencana, tanpa pernah
mereka tinjau lagi. Sebuah rencana bisnis resmi memiliki beberapa elemen umum
tanpa memperhitungkan sifat bisnis Anda. Ketika Anda lebih cepat belajar dan
menguasai elemen-elemen ini, maka Anda akan lebih cepat mendapatkan kontrol
dari bisnis Anda dan langsung terhadap profitabilitas yang lebih tinggi.
1. Ringkasan Eksekutif
Hal ini lebih dari sekedar pengenalan, adalah versi yang lebih pendek dari
seluruh rencana bisnis. Jika Anda sedang melakukan presentasi rencana Anda
ke pihak ketiga, orang-orang yang membaca ringkasan Anda harus dapat
memahami bisnis Anda, tanpa perlu membaca rencana lebih lanjut.
2. Sekilas Perusahaan
Unsur ini menjelaskan bisnis Anda secara garis besar:
- Sifat dari bisnis Anda
- Kunci faktor industri Anda
- Pelanggan Anda
- Produk dan layanan yang ingin Anda kembangkan
3. Lingkungan bisnis
Di sini Anda ingin menjelaskan sifat iklim usaha di mana Anda beroperasi,
maka rencana bisnis Anda harus dilengkapi:
- Arah di pasar yang Anda bergerak
- Apa yang pelanggan Anda cari
- Kondisi bisnis
- Sifat dari persaingan
- Peluang yang Anda lihat
- Ancaman yang anda
- Sebuah penjelasan tentang bagaimana Anda berencana untuk berhasil
4. Deskripsi Perusahaan
Dalam bagian ini akan mencakup apa yang perusahaan Anda tawarkan ke
pasar. Menggambarkan kekuatan perusahaan dan bagaimana agar perusahaan
Anda tidak tersingkir dari pesaing. Karenanya, rencana bisnis Anda perlu
memeriksa area berikut:
- Manajemen dan struktur organisasi
- Produk dan layanan
- Teknologi baru yang diadopsi oleh bisnis Anda
- Operasional kemampuan
- Pemasaran kemampuan
- Keuangan personil dan sumber daya
5. Strategi Perusahaan
Unsur ini menggambarkan strategi perusahaan Anda, meliputi:
- Strategi pemasaran untuk meningkatkan dan memperluas bisnis anda
- Produk dan layanan baru strategi pembangunan
- Operasional strategi untuk meningkatkan kecepatan, kualitas dan biaya
- Strategi baru pengembangan karyawan untuk memenuhi kebutuhan bisnis
- Strategi keuangan menyiapkan strategi bisnis Anda untuk peluang baru
Rencana bisnis Anda harus menjelaskan bagaimana strategi bisnis akan
mempengaruhi masa depan bisnis Anda, dan juga harus ada program alternatif
tindakan jika terjadi perubahan iklim usaha.
6. Ikhtisar Keuangan
Rencana bisnis perlu dilengkapi laporan keuangan yang menggambarkan saat
ini dan masa depan, prediksi keuangan yang didukung oleh strategi yang
sebelumnya dan asumsi yang dibuat. Dasar laporan keuangan untuk "saat ini"
dan "masa depan" meliputi:
- Pendapatan
- Neraca
- Cash-flow
7. Rencana taktis
Rencana taktis yang meletakkan bagaimana Anda berniat untuk menjalankan
rencana bisnis Anda. Mengidentifikasi:
- Langkah utama
- Siapa yang bertanggung jawab
- Jangka waktu yang telah ditetapkan untuk menyelesaikan rencana
- Sumber daya yang Anda butuhkan















BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN
4.1 Simpulan
Secara lebih spesifik, masalah dasar yang dihadapi pengusaha kecil
adalah: kelemahan dalam memperoleh peluang pasar dan memperbesar pangsa
pasar, kelemahan dalam struktur permodalan dan keterbatasan untuk memperoleh
jalur terhadap sumber-sumber permodalan, kelemahan di bidang organisasi dan
manajemen sumber daya manusia, keterbatasan jaringan usaha kerjasama antar
pengusaha kecil (sistem informasi pemasaran, iklim usaha yang kurang kondusif,
karena persaingan yang saling mematikan, pembinaan yang telah dilakukan masih
kurang terpadu dan kurangnya kepercayaan serta kepedulian masyarakat terhadap
usaha kecil. Lemahnya kemampuan manajerial dan sumberdaya manusia ini
mengakibatkan pengusaha kecil tidak mampu menjalankan usahanya dengan baik.
Oleh karena itu wirausahawan dan pengusaha kecil khususnya perlu manajemen
strategic untuk mempertahankan dan memenangkan persaingan yang semakin
kompleks.
4.2 Saran
 Pengusaha dan manajer perlu mengenal diri sendiri, mengetahui kekuatan
maupun kelemahannya sehingga mampu mengaktualisasikan potensi dirinya
sendiri secara optimal dan seimbang.
 pengusaha perlu menguasai teknik-teknik manajemen, baik di bdang produksi
maupun pemasaran, setidak-tidaknya atau lebih baik dalam rangka memajukan
perusahaan, pengusaha bisa memanfaatkan keahlian-keahlian teknis
manajemen.
 pengusaha perlu juga menambah pengetahuan dan selalu berusaha mengikuti
perkembangan dengan mendapatkan dan memperhatikan informasi dan
bersikap tanggap
 kerjasama di lingkungan perusahaan dalam pembagian kerja yang serasi
merupakan kunci kemajuan bersama. Termasuk di dalamnya, soal
memperbaiki suasana kerja, merupakan hal yang perlu diperhatikan.
 pengusaha yang ingin maju haruslah percaya pada organisasi dan cara kerja
yang teratur.
 kerjasama melalui organisasi di luar perusahaan, merupakan kebutuhan mutlak
dalam situasi yang berkembang cepat itu, juga dalam rangka membentuk
kekuatan di lingkungan usahanya.
 disiplin untuk membuat dan mentaati rencana, merupakan ciri pula pada
pengusaha yang ingin maju. Dan akhirnya, kontrol terhadap orang lain dan diri
sendiri merupakan faktor yang bisa melindungi pengusaha dari kesulitan yang
mungkin timbul.















DAFTAR PUSTAKA
Agung Wahyudi. Kewirausahaan. Jakarta: UMB.
David Hunger dan Thomas Wheelen. 2003. Manajemen Strategis. Yogyakarta:
Andi.
Journal. Mudrajad Kuncoro. Usaha kecil di indonesia: Profil, masalah dan strategi
pemberdayaan http://www.mudrajad.com/upload/journal_usaha-kecil
indonesia.pdf.
Journal. Robb Weigel. Cara Membuat Rencana Bisnis Untuk Usaha Kecil dan
Menengah. http://www.lulu.com/content/e-%20book/how-to-start-an-at-homeday-
care-business/7372894.
Journal. Hesty Borneo. Manajemen Perusahaan Kecil Dan Menengah: Suatu
Pendekatan Ekologis. http://hestyborneo.blogspot.com.
Journal. Asian Brain. Arti Penting Rencana Bisnis.http://asianbrain.com.

Isu Strategis Dalam Kewirausahaan dan usaha kecil Isu Strategis Dalam Kewirausahaan dan usaha kecil Reviewed by JANIEZ on November 24, 2018 Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.