BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Upaya mewujudkan masyarakat yang
adil dan makmur sebagai cita-cita dan tujuan negara kesatuan republik
indonesia, ditempuh dengan menyelenggarakan proses pembangunan nasional yang
berkesinambungan. Proses pembangunan tersebut meliputi berbagai macam aspek
kehidupan masyarakat. Pembangunan disektor ekonomi, memegang peranan penting
dalam upaya meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Pasar modal sebagai salah satu
struktur ekonomi memegang peranan sangat penting dan strategis dalam
pembangunan perekonomian di indonesia. Dalam penyelenggaraannya, pasar modal
tidak terlepas dari berbagai macam pelanggaran berupa kejadian-kejadian yang
tidak sesuai dengan prinsip-prinsip transparansi.
Sebagaimana diatur dalam UU No 8
Tahun 1995 tentang pasar modal adalah apa yang dikenal dalam insider trading.
Dalam makalah ini kami akan membahas mengenai teori earning manajemen dan kasus
insider trading.
1.2
Rumusan Masalah
1. Apa pengertian earning manajemen?
2. Bagaimana cara memahami earning
manajemen?
3. Bagaimana motivasi dalam earning
manajemen?
4. Bagaimana pola manajer dalam earning
manajemen?
5. Apa pengertian insider trading?
6. Apa saja ketidakadilan dalam insider
trading?
7. Bagaimana contoh kasus insider
trading dindonesia?
1.3
Tujuan
Penulisan
Adapun
tujuan dari penyusunan makalah ini adalah selain untuk menyelesaikan tugas dari
mata kuliah Pasar Uang dan Pasar Modal, juga
sebagai bahan referensi dan tambahan ilmu pengetahuan bagi pihak yang ingin
menambah wawasannya mengenai Teori
earning manajemen dan Insider Trading.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Earning Manajemen
Scott (2003:369) mendefinisikan earning management
sebagai ”the choice by a manager of accounting policies so as to achieve some
specific objective” yang kurang lebih memiliki arti : pilihan yang dilakukan
oleh manajer dalam menentukan kebijakan akuntansi untuk mencapai beberapa
tujuan tertentu.
Menurut Sugiri (1998) yang dikutip
oleh Widyaningdyah (2001), definisi earning management dibagi dalam dua
definisi, yaitu:
a. Definisi sempit
Earning management dalam hal ini hanya berkaitan
dengan pemilihan metode akuntansi. Earning management dalam arti sempit ini
didefinisikan sebagai perilaku manajer untuk “bermain” dengan komponen
discretionary accruals dalam menentukan besarnya earnings.
b. Definisi luas
Earning management merupakan tindakan manajer untuk
meningkatkan (mengurangi) laba yang dilaporkan saat ini atas suatu unit dimana
manajer bertanggung jawab, tanpa mengakibatkan peningkatan (penurunan)
profitabilitas ekonomis jangka panjang unit tersebut.
Jika
Sugiri (1998) memberikan definisi earning management secara teknis, maka
Surifah (1999) memberikan pendapatnya mengenai dampak earning management
terhadap kredibilitas laporan keuangan. Menurut Surifah (1999) earning
management dapat mengurangi kredibilitas laporan keuangan apabila digunakan
untuk pengambilan keputusan, karena earning management merupakan suatu bentuk
manipulasi atas laporan keuangan yang menjadi sasaran komunikasi antara manajer
dan pihak eksternal perusahaan.
Konsep
earning management menurut Salno dan Baridwan (2000:19): menggunakan pendekatan
teori keagenan (agency theory) yang menyatakan bahwa ”praktek earning
management dipengaruhi oleh konflik antara kepentingan manajemen (agent) dan
pemilik (principal) yang timbul karena setiap pihak berusaha untuk mencapai
atau mempertimbangkan tingkat kemakmuran yang dikehendakinya”. Agency theory
memiliki asumsi bahwa masing-masing individu semata-mata termotivasi oleh kepentingan dirinya sendiri
sehingga menimbulkan konflik kepentingan antara principal dan agent. Pihak
principal termotivasi mengadakan kontrak untuk menyejahterakan dirinya dengan
profitabilitas yang selalu meningkat. Agent termotivasi untuk memaksimalkan
pemenuhan kebutuhan ekonomi dan psikologisnya, antara lain dalam hal memperoleh
investasi, pinjaman, maupun kontrak
kompensasi. Konflik kepentingan semakin meningkat terutama karena principal
tidak dapat memonitor aktivitas manajemen sehari-hari untuk memastikan bahwa
manajemen bekerja sesuai dengan keinginan pemegang saham (pemilik).
Dalam hubungan keagenan, principal tidak memiliki informasi yang cukup tentang kinerja agent. Agent mempunyai lebih banyak informasi mengenai kapasitas diri, lingkungan kerja, dan perusahaan secara keseluruhan. Hal inilah yang mengakibatkan adanya ketidakseimbangan informasi yang dimiliki oleh principal dan agent. Ketidakseimbangan informasi inilah yang disebut dengan asimetri informasi. Adanya asumsi bahwa individu-individu bertindak untuk memaksimalkan dirinya sendiri, mengakibatkan agent memanfaatkan adanya asimetri informasi yang dimilikinya untuk menyembunyikan beberapa informasi yang tidak diketahui principal. Asimetri informasi dan konflik kepentingan yang terjadi antara principal dan agent mendorong agent untuk menyajikan informasi yang tidak sebenarnya kepada principal, terutama jika informasi tersebut berkaitan dengan pengukuran kinerja agent. Salah satu bentuk tindakan agent tersebut adalah yang disebut sebagai earning management (Widyaningdyah, 2001).
Dalam hubungan keagenan, principal tidak memiliki informasi yang cukup tentang kinerja agent. Agent mempunyai lebih banyak informasi mengenai kapasitas diri, lingkungan kerja, dan perusahaan secara keseluruhan. Hal inilah yang mengakibatkan adanya ketidakseimbangan informasi yang dimiliki oleh principal dan agent. Ketidakseimbangan informasi inilah yang disebut dengan asimetri informasi. Adanya asumsi bahwa individu-individu bertindak untuk memaksimalkan dirinya sendiri, mengakibatkan agent memanfaatkan adanya asimetri informasi yang dimilikinya untuk menyembunyikan beberapa informasi yang tidak diketahui principal. Asimetri informasi dan konflik kepentingan yang terjadi antara principal dan agent mendorong agent untuk menyajikan informasi yang tidak sebenarnya kepada principal, terutama jika informasi tersebut berkaitan dengan pengukuran kinerja agent. Salah satu bentuk tindakan agent tersebut adalah yang disebut sebagai earning management (Widyaningdyah, 2001).
2.2
Cara Memahami Earning Manajemen
Ada dua cara memahami earning management (Sari, 2005), yaitu
sebagai berikut:
1. Memandang earning management sebagai
perilaku oportunistik manajer untuk memaksimalkan utilitasnya dalam menghadapi
kontrak kompensasi, utang, dan kos politik.
2. Memandang earning management dari
perspektif kontrak efisien, artinya earning management memberi fleksibilitas
bagi manajer untuk melindungi diri dan perusahaan dalam mengantisipasi
kejadian-kejadian tak terduga untuk keuntungan pihak-pihak yang terlibat dalam
kontrak. Dengan demikian, manajer mungkin dapat mempengaruhi nilai pasar
perusahaannya melalui earning management.
2.3
Motivasi Earning Manajemen
Menurut Scott (2003:377) beberapa motivasi yang mendorong
manajemen melakukan earning management, antara lain sebagai berikut:
1. Motivasi bonus, yaitu manajer akan
berusaha mengatur laba bersih agar dapat memaksimalkan bonusnya.
2. Motivasi kontrak, berkaitan dengan
utang jangka panjang, yaitu manajer menaikkan laba bersih untuk mengurangi
kemungkinan perusahaan mengalami technical default.
3. Motivasi politik, aspek politis ini
tidak dapat dilepaskan dari perusahaan, khususnya perusahaan besar dan industri
strategis karena aktivitasnya melibatkan hajat hidup orang banyak.
4. Motivasi pajak, pajak merupakan
salah satu alasan utama perusahaan mengurangi laba bersih yang dilaporkan.
5. Pergantian CEO (Chief Executive
Officer), banyak motivasi yang timbul berkaitan dengan CEO, seperti CEO yang
mendekati masa pensiun akan meningkatkan bonusnya, CEO yang kurang berhasil
memperbaiki kinerjanya untuk menghindari pemecatannya, CEO baru untuk
menunjukkan kesalahan dari CEO sebelumnya.
6. Penawaran saham perdana (IPO),
manajer perusahaan yang going public melakukan earning management untuk
memperoleh harga yang lebih tinggi atas sahamnya dengan harapan mendapatkan
respon pasar yang positif terhadap peramalan laba sebagai sinyal dari nilai
perusahaan.
7. Motivasi pasar modal, misalnya untuk mengungkapkan
informasi privat yang dimiliki perusahaan kepada investor dan kreditor.
Banyak cara yang dapat dilakukan oleh manajer untuk mempengaruhi waktu, jumlah, atau makna transaksi dalam pelaporan keuangan dengan melakukan pemilihan metode akuntansi dan accounting judgment (Merchant dan Rockness, 1994), yang dikutip oleh Sari (2005).
Banyak cara yang dapat dilakukan oleh manajer untuk mempengaruhi waktu, jumlah, atau makna transaksi dalam pelaporan keuangan dengan melakukan pemilihan metode akuntansi dan accounting judgment (Merchant dan Rockness, 1994), yang dikutip oleh Sari (2005).
2.4
Pola Manajer Dalam Earning Manajemen
Menurut Scott (2003:383) berbagai pola yang sering
dilakukan manajer dalam earning management adalah:
1.
Taking a bath
Terjadinya taking a bath pada periode stress atau reorganisasi termasuk
pengangkatan CEO baru. Bila perusahaan harus melaporkan laba yang tinggi,
manajer dipaksa untuk melaporkan laba yang tinggi, konsekuensinya manajer akan
menghapus aktiva dengan harapan laba yang akan datang dapat meningkat. Bentuk
ini mengakui adanya biaya pada periode yang akan datang
sebagai kerugian pada periode berjalan, ketika kondisi buruk yang tidak
menguntungkan tidak dapat dihindari pada periode tersebut. Untuk itu manajemen
harus menghapus beberapa aktiva dan membebankan perkiraan biaya yang akan
datang pada saat ini serta melakukan clear the desk, sehingga laba yang
dilaporkan di periode yang akan datang meningkat.
2.
Income minimization
Bentuk ini mirip dengan ”taking a bath”, tetapi lebih
sedikit ekstrim, yakni dilakukan sebagai alasan politis pada periode laba yang
tinggi dengan mempercepat penghapusan aktiva tetap dan aktiva tak berwujud dan
mengakui pengeluaran-pengeluaran sebagai biaya. Pada saat profitabilitas
perusahaan sangat tinggi dengan maksud agar tidak mendapat perhatian secara
politis, kebijakan yang diambil dapat berupa penghapusan atas barang modal dan
aktiva tak berwujud, biaya iklan dan pengeluaran untuk penelitian dan
pengembangan, hasil akuntansi untuk biaya eksplorasi.
3.
Income maximization
Tindakan ini bertujuan untuk melaporkan net income yang
tinggi untuk tujuan bonus yang lebih besar. Perencanaan bonus yang didasarkan
pada data akuntansi mendorong manajer untuk memanipulasi data akuntansi
tersebut guna menaikkan laba untuk meningkatkan pembayaran bonus tahunan. Jadi
tindakan ini dilakukan pada saat laba menurun. Perusahaan yang melakukan
pelanggaran perjanjian hutang mungkin akan memaksimalkan pendapatan.
4.
Income smoothing
Bentuk ini mungkin yang paling menarik. Hal ini dilakukan
dengan meratakan laba yang dilaporkan untuk tujuan pelaporan eksternal,
terutama bagi investor karena pada umumnya investor lebih menyukai laba yang
relatif stabil.
Teknik untuk merekayasa laba dapat dikelompokkan menjadi
tiga kelompok (Setiawati dan Na’im, 2000). Pertama yaitu memanfaatkan peluang
untuk membuat estimasi akuntansi, antara lain: estimasi tingkat piutang tak
tertagih, estimasi kurun waktu depresiasi aktiva tetap atau amortisasi aktiva
tak berwujud, estimasi biaya garansi. Kedua yaitu mengubah metode akuntansi.
Perubahan metode akuntansi yang digunakan untuk mencatat suatu transaksi, contoh:
mengubah metode depresiasi aktiva tetap yaitu dari metode depresiasi angka
tahun ke metode depresiasi garis lurus. Ketiga yaitu menggeser periode
biaya atau pendapatan, misalnya: mempercepat atau menunda pengeluaran untuk penelitian dan pengembangan sampai periode akuntansi berikutnya, mempercepat atau menunda pengeluaran promosi sampai periode akuntansi berikutnya, mempercepat atau menunda pengiriman produk ke pelanggan, menjual investasi sekuritas untuk memanipulasi tingkat laba, mengatur saat penjualan aktiva tetap yang sudah tidak dipakai.
biaya atau pendapatan, misalnya: mempercepat atau menunda pengeluaran untuk penelitian dan pengembangan sampai periode akuntansi berikutnya, mempercepat atau menunda pengeluaran promosi sampai periode akuntansi berikutnya, mempercepat atau menunda pengiriman produk ke pelanggan, menjual investasi sekuritas untuk memanipulasi tingkat laba, mengatur saat penjualan aktiva tetap yang sudah tidak dipakai.
Pendekatan lain yang digunakan dalam
mengendalikan net income (Lontoh dan Lindrawati, 2004): Pertama, dengan
mengendalikan transaksi-transaksi akrual, dimana transaksi akrual memiliki
pengaruh terhadap pendapatan dan biaya namun tidak tampil pada arus kas.
Contoh: amortisasi dan depresiasi adalah sepenuhnya dikuasai oleh perusahaan
dalam hal menentukan masa manfaatnya sehingga perusahaan dapat mengatur
besarnya pembebanan pada biaya sesuai keinginan manajemen dalam rangka mencapai
hasil akhir pada net income yang diinginkan. Terdapat dua konsep akrual yaitu:
discretionary accrual dan non discretionary accrual. Discretionary accrual
adalah pengakuan akrual laba atau beban yang bebas tidak diatur dan merupakan pilihan
kebijakan manajemen, sedangkan non discretionary accrual adalah pengakuan
akrual laba yang wajar, yang tunduk pada suatu standar atau prinsip akuntansi
yang berlaku umum. Kedua, dengan mengubah kebijakan akuntansi, manajemen juga
dapat menentukan net income yang diinginkan, namun hasrat manajemen untuk
melaksanakan hal ini tidak sekuat accrual items. Alasannya adalah manajemen
harus menjelaskannya dalam disclosure pada laporan keuangan tahunan. Dan alasan
ini adalah bahwa standar akuntansi tentang konsistensi mencegah terjadinya
perubahan kebijakan akuntansi sesering mungkin. Contohnya adalah merubah metode
pencatatan dari LIFO menjadi FIFO.
Earning management merupakan fenomena yang sukar dihindari karena fenomena ini hanya dampak dari penggunaan dasar akrual dalam penyusunan laporan keuangan. Dasar akrual disepakati sebagai dasar penyusunan laporan keuangan karena dasar akrual memang lebih rasional dan adil dibandingkan dasar kas. Sebagai contoh, dengan dasar kas, pembelian aktiva tetap secara tunai senilai seratus juta rupiah mesti dibebankan sebagai biaya pada periode saat pembelian aktiva tersebut, meskipun aktiva tersebut akan bermanfaat bagi perusahaan selama 10 tahun. Jika laporan rugi laba disusun dengan dasar kas, maka besar kemungkinan dalam periode tersebut perusahaan dinyatakan mengalami rugi. Jadi pada dasarnya, basis akrual dipilih dengan tujuan untuk menjadikan laporan keuangan lebih informatif yaitu laporan keuangan yang benar-benar mencerminkan kondisi yang sebenarnya. Sayangnya, akrual yang ditujukan untuk menjadikan laporan yang sesuai fakta ini sedikit dapat digerakkan (tuned) sehingga dapat mengubah angka laba yang dihasilkan.
Earning management merupakan fenomena yang sukar dihindari karena fenomena ini hanya dampak dari penggunaan dasar akrual dalam penyusunan laporan keuangan. Dasar akrual disepakati sebagai dasar penyusunan laporan keuangan karena dasar akrual memang lebih rasional dan adil dibandingkan dasar kas. Sebagai contoh, dengan dasar kas, pembelian aktiva tetap secara tunai senilai seratus juta rupiah mesti dibebankan sebagai biaya pada periode saat pembelian aktiva tersebut, meskipun aktiva tersebut akan bermanfaat bagi perusahaan selama 10 tahun. Jika laporan rugi laba disusun dengan dasar kas, maka besar kemungkinan dalam periode tersebut perusahaan dinyatakan mengalami rugi. Jadi pada dasarnya, basis akrual dipilih dengan tujuan untuk menjadikan laporan keuangan lebih informatif yaitu laporan keuangan yang benar-benar mencerminkan kondisi yang sebenarnya. Sayangnya, akrual yang ditujukan untuk menjadikan laporan yang sesuai fakta ini sedikit dapat digerakkan (tuned) sehingga dapat mengubah angka laba yang dihasilkan.
2.5
Pengertian Insider Trading
Insider trading adalah aktifitas
perdagangan saham atau pun sekuritas tertentu oleh individu yang mempunyai
akses tentang informasi non publik dari perusahaan tersebut. Dengan kata lain,
perdagangan efek perusahaan yang dilakukan oleh orang yang dikategorikan
sebagai orang dalam. Si individu ini melakukan aktifitas trading dengan memanfaatkan
informasi yang sebetulnya tidak bisa di akses oleh publik.
Yang dimaksud dengan orang dalam
disini berdasarkan UU No. 8/1995 tentang Pasar Modal, merupakan pihak yang
mengetahui informasi dalam perusahaan, yaitu orang yang bekerja di emiten atau
perusahaan publik.
2.6
Ketidakadilan Dalam Insider Trading
Di sebagian negara, aktivitas
insider trading dilarang. Hal ini dikarenakan adanya
ketidak-adilan. Seorang investor dengan informasi dari dalam yang sebetulnya tidak
bisa diakses publik, bisa mendapatkan jumlah keuntungan yang jauh lebih besar
dibandingkan dengan investor lain.
Investor lain yang tidak mempunyai
akses terhadap informasi ini akan merasa tidak adil, dan tidak yakin untuk
terus berinvestasi. Pada akhirnya dapat menyebabkan berkurangnya jumlah
investasi yang masuk secara signifikan. Dengan kata lain, investor kehilangan
kepercayaan terhadap market.
Contoh insider trading misalnya
saja, seorang manager perusahaan yang mengetahui informasi dalam, dan melakukan
transaksi yang menguntungkan dirinya sebelum informasi tersebut diumumkan ke
publik.
Biasanya di insider trading dalam
pasar modal lebih umum terjadi dibanding pasar finansial lainnya. Di indonesia,
insider trading secara prinsip dilarang berdasarkan pada UU No.8 Tahun 1995
tentang Pasar Modal.
2.7
Contoh Kasus Insider Trading
Salah satu kasus insider trading di Indonesia yang pernah
disorot oleh media pada tahun 2017, dikutip dari detikfinance 18-12-2007:
“Kasus dugaan Insider Trading PGN menguak kepermukaan pada
januari 2007. Dugaan muncul akibat penundaan proyek pipanisasi gas sumsel jabar
(SSWJ) yang tidak segera dilaporkan oleh manajemen ke publik.
Akibatnya harga saham pada 12 januari 2007 terjungkal 23,32%
menjadi Rp 7.400/saham. Tidak dilaporkannya penundaan proyek tersebut diduga
terkait dengan kepentingan divestasi saham PGN 5.32% pada 15 desember 2006 agar harga ketika divestasi tidak turun”.
“Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan
(Bapepam-LK) hanya memberikan sanksi administratif berupa denda terhadap 9
orang karyawan dan mantan karyawan PT Perusahaan Gas Negara (PGN) dalam kasus
perdagangan saham PGN (Insider Trading).
Ke-9 orang tersebut adalah mantan Dirut PGN WMP Simanjuntak
didenda Rp 2.330 Milyar, mantan sekretaris perusahaan Widyatmoko Bapang sebesar
Rp 25 juta, Adil Abas Rp 30 juta, Nursubagjo Prijono Rp 53 juta, Iwan Heriawan
Rp 76 juta, Djoko Saputra Rp 154 juta, Hari Pratoyo Rp 9 juta, Rosichin Rp 184
juta dan Thohir Nur Ilham Rp 317 juta”.
Dinegara luar seperti amerika,
praktek insider trading mendapatkan sanksi yang cukup berat dan diproses secara
pidana maupun perdata.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
1. Scott (2003:369) mendefinisikan
earning management sebagai ”the choice by a manager of accounting policies
so as to achieve some specific objective” yang kurang lebih memiliki arti :
pilihan yang dilakukan oleh manajer dalam menentukan kebijakan akuntansi untuk
mencapai beberapa tujuan tertentu.
2. Ada dua cara memahami earning
management (Sari, 2005), yaitu sebagai berikut:
a. Memandang earning management sebagai
perilaku oportunistik manajer untuk memaksimalkan utilitasnya dalam menghadapi
kontrak kompensasi, utang, dan kos politik.
b. Memandang earning management dari
perspektif kontrak efisien
3. Motivasi Earning Manajemen yaitu
bonus, kontrak, politik, pajak, pergantian CEO, penawaran saham perdana dan
pasar modal.
4. Pola manajer dalam Earning Manajemen
yaitu Take a bath, income maximization, income minimization, income smoothing.
5. Insider trading adalah aktifitas
perdagangan saham atau pun sekuritas tertentu oleh individu yang mempunyai
akses tentang informasi non publik dari perusahaan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Earning Manajemen dan Insider Trading
Reviewed by JANIEZ
on
November 24, 2018
Rating:
terimakasih banyak, alhamdulillah materi yang anda sampaikan menarik dan kreatif ini sangat mudah dipahami dan sangat membantu proses belajar kami.perkenalkan saya Annisa Rizkita dari ISB Atma Luhur
ReplyDelete