PRILAKU
ORGANISASI
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI (STIE)
AMM
MATARAM
MOTIVASI DALAM PRILAKU ORGANISASI
1.
Pengrtian motivasi
Motivasi menurut
Robinns,S, (2002: 55) adalah keinginan untuk melakukan sesuatu dan menentukan
kemampuan bertindak untuk memuaskan kebutuhan individu. Suatu kebutuhan (need),
dalam terminologi berarti suatu kekurangan secara fisik atau psikologis yang
membuat keluaran tertentu terlihat menarik.
Motivating adalah
keseluruhan proses pemberian motivasi (dorongan) kepada para pegawai agar
mereka mau dan suka bekerja sehingga tujuan organisasi dapat tercapai secara
efektif dan efisien (Wursanto, 2003: 267).
Motivasi adalah
keseluruhan proses pemberian motivasi bekerja kepada bawahan sedemikian rupa
sehingga mereka mau bekerja dengan ikhlas demi tercapainya tujuan organisasi
dengan efisien dan ekonomis (Siagian, 1994:128).
Menurut George R.
Terry, motivasi adalah keinginan yang terdapat pada seorang individu yang
merangsangnya melakukan tindakan.
Menurut Greenberg
dan Baron (1993:114) adalah suatu proses yang mendorong, mengarahkan dan
memelihara perilaku manusia kearah pencapaian tujuan.
Berdasarkan beberapa
pengertian diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa motivasi adalah suatu
proses seorang individu dalam berperilaku sedemikian rupa sehingga mau bekerja
atau bertindak demi tercapainya tujuan organisasi.
2.
Hubungan
Antara Motivasi dan Perilaku
Hubungan antara
motivasi dan perilaku dapat terwujud dalam enam variasi berikut (Sutarto, 1984;
275):
Sebuah
perilaku dapat hanya dilandasi oleh sebuah motivasi
Sebuah
perilaku dapat pula dilandasi oleh bebrapa motivasi
Perilaku
yang sama dapat dilandasi oleh motivasi yang sama
Perilaku
yang sama dapat dilandasi oleh motivasi yang berbeda
Perilaku
yang berbeda dapat dilandasi oleh motivasi yang sama
Perilaku
yang berbeda dapat dilandasi oleh motivasi yang berbeda
3.
Teori
– Teori Motivasi
·
Teori Motivasi Awal
Tahun
1950an merupakan periode perkembangan konsep-konsep motivasi. Tiga teori khusus
diformulasikan selama periode ini, yang walaupun sekarang sangat dikecam dan
validitasnya dipertanyakan, mungkin masih merupakan penjelasan-penjelasan yang
terkenal mengenai motivasi karyawan:teori hierarki kebutuhan, teori X dan
Y, dan teori motivasi higienis. Sejak itulah dikembangkan penjelasan-penjelasan
yang lebih valid tentang motivasi.
·
Teori Hierarki Kebutuhan
Pendekatan
terkenal yang telah diterima secara luas berkaitan dengan motivasi adalah teori
hierarki kebutuhan Abraham Maslow. Maslow membuat hipotesis bahwa dalam diri
setiap manuasia terdapat lima tingkatan kebutuhan yaitu:
a) Kebutuhan
fisik: meliputi rasa lapar, haus, tempat bernaung seks, dan kebutuhan fisik
lainnya.
b) Kebutuhan
rasa aman : meliputi keamanan dan perlidungan dari bahaya fisik dan emosi.
c) Kebutuhan
social: meliputi kasih sayang, rasa memiliki, penerimaan, dan persahabatan.
d) Kebutuhan
penghargaan: meliputi factor-faktor internal seperti harga diri, otonomi,
dan persepsi, serta factor-faktor eksternal seperti status, pengakuan, dan
penghargaan.
e) Kebutuhan
aktualisasi diri: Dorongan untuk menjadi apa yang mampu dia lakukan ; meliputi
pertumbuhan, pencapaian potensi diri, dan pemenuhan kebutuhan diri sendiri.
f) Teori
kebutuhan Maslow telah menerima pengakuan luas di antara manajer pelaksana
karena teori ini logis secara intuitif.
Namun, penelitian tidak memperkuat teori ini dan Maslow tidak memberikan bukti
empiris dan beberapa penelitian yang berusaha mengesahkan teori ini tidak
menemukan pendukung yang kuat.
·
Teori Motivasi Higienis
Teori
Motivasi Higienis (Motivation-Hygiene Theory) diajukan oleh ahli psikologi
Frederick Herzberg. Dengan keyakinan bahwa hubungan individu dengan pekerjaan
adalah sesuatu yang mendasar dan bahwa sikap seseorang terhadap pekerjaan akan
sangat menentukan kesuksesan atau kegagalannya, Herzberg melakukan penelitian
dengan pertanyaan, “Apa yang diinginkan seseorang dari pekerjaannya?” Dia
meminta karyawan untuk menjelaskan dengan rinci situasi kerja yang membuat
mereka merasa luar biasa baik atau buruk.
·
Teori Reinforcement
Sebuah
dukungan terhadap teori goal-setting adalah teori reinforcement. Teori
terdahulu menggunakan pendekatan kognitif menyatakan bahwa tujuan individu akan
mengarahkan tindakannya. Dalam teori reinforcement kita memiliki pendekatan
perilaku yang menyatakan bahwa refinforcement membentuk suatu perilaku. Dua
teori tersebut jelas bertentangan secara filosofis para ahli reinforcement
melihat perilaku sebagai akibat dari lingkungan peristiwa kognitif intenal
bukan masalah yang perlu diperhatikan. Yang mengendalikan perilaku adalah
reinforcer yakni setiap konsekuensi terhadap tanggapan yang diberikan,
meningkatkan kemungkinan diulanginya perilaku tersebut.
Teori
reinforcement mengabaikan kondisi dalam diri individu dan berkonsentrasi
semata-mata hanya pada apa yang terjadi pada seseorang ketika merangsang
perilaku dari dalam, dan memberikan alat analisis yang tajam kepada
faktor-faktor yang mengendalikan suatu perilaku
·
Teori Equity
Teory
Equity (kewajaran) menyatakan bahwa membandingkan apa yang mereka berikan
kedalam situasi kerja(input) terhadap apa yang mereka dapatkan dari pekerjaan
tersebut(outcome) dan kemudian membandingkan rasio input-outcome mereka dengan
rasio input-outcome mereka sama dengan orang lain, keadaan tersebut dianggap
adil. Jika rasio tidak sama, rasa ketidakadilan muncul artinya bawahan
cenderung melihat diri mereka sendiri kurang diberikan penghargaan. Bila
ketidakadilan terjadi, bawahan akan berusaha untuk melakukan koreksi.
Teori
equity pada intinya adalah bahwa bila karyawan merasakan suatu ketidakadilan
mereka dapat membuat satu atau lebih dari lima pilihan tersebut:
a) Mengubah
input atau outcome mereka ataupun orang lain.
b) Berperilaku
sedemikian rupa sehingga menyebabkan orang lain mengubah input atau outcome
mereka.
c) Berperilaku
sedemikian rupa untuk mengubah input atau outcome mereka sendiri.
d) Memilih
acuan perbandingan yang berbeda.
e) Keluar
dari pekerjaan mereka
·
Teori Ekspetasi
Teori
ekspektasi menyatakan bahwa kekuatan dari kecenderungan untuk bertindak dengan
cara tertentu tergantung pada kekuatan dari suatu harapan bahwa tindakan
tersebut akan diikuti dengan hasil tertentu serta pada daya tarik hasil
tersebut bagi individu.
Teori
ini menggunakan tiga variabel, yaitu:
a) Daya
tarik
Pentingnya individu mengharapkan outcome
dan penghargaan yang mungkin dapat dicapai dalam bekerja. Variabel ini
mempertimbangkan kebutuhan-kebutuhan individu yang tidak terpuaskan.
b) Kaitan
kinerja-penghargaan
Keyakinan individu bahwa dengan
menunjukkan kinerja pada tingkat tertentu akan mencapai outcome yang
diinginkan.
c) Kaitan
upaya-kinerja
Probabilitas yang diperkirakan oleh
individu bahwa dengan menggunakan sejumlah upaya tertentu akan menghasilkan
kinerja.
4.
Proses
Timbulnya Motivasi dalam Organisasi
Proses motivasi terdiri beberapa
tahapan proses (Indriyo Gitosudarmo, 1997) sebagai berikut :
a) Apabila
dalam diri manusia itu timbul suatu kebutuhan tertentu dan kebutuhan tersebut
belum terpenuhi maka akan menyebabkan lahirnya dorongan untuk berusaha
melakukan kegiatan.
b) Apabila
kebutuhan belum terpenuhi maka seseorang kemudian akan mencari jalan bagaimana
caranya untuk memenuhi keinginannya
c) Untuk
mencapai tujuan prestasi yang diharapkan maka seseorang harus didukung oleh
kemampuan, keterampilan maupun pengalaman dalam memenuhi segala kebutuhan
d) Melakukan
evaluasi prestasi secara formal tentang keberhasilan dalam mencapai tujuan yang
dilakukan secara bertahap
e) Seseorang
akan bekerja lebih baik apabila mereka merasa bahwa apa yang mereka lakukan
dihargai dan diberikan suatu imbalan atau ganjaran
f) Dari
gaji atau imbalan yang diterima kemudian seseorang tersebut dapat
mempertimbangkan seberapa besar kebutuhan yang bisa terpenuhi dari gaji atau
imbalan yang mereka terima.
5.
Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Motivasi
Motivasi sebagai proses
psikologis dalam diri seseorang akan dipengaruhi oleh beberapa
faktor. Faktor-faktor tersebut dapat dibedakan atas faktor intern
dan ekstern yang berasal dari karyawan.
· Faktor
Internal
Faktor Intern yang dapat mempengaruhi
pemberian motivasi pada seseorang antara lain:
a. Keinginan untuk
dapat hidup;
b. Keinginan
untuk dapat memiliki;
c. Keinginan
untuk memperoleh penghargaan;
d. Keinginan untuk
memperoleh pengakuan;
e. Keinginan
untuk berkuasa.
· Faktor
Eksternal
Faktor ekstern juga tidak kalah
peranannya dalam melemahkan motivasi kerja seseorang. Faktor-faktor
ekstern itu adalah:
a. Kondisi
lingkungan kerja;
b. Kompensasi
yang memadai;
c. Supervise yang
baik;
d. Adanya jaminan
pekerjaan;
e. Status dan
tanggung jawab;
f. Peraturan
yang fleksibel
6.
Pentingnya
Motivasi dalam Prilaku Organisasi
Terkait
dengan motivasi organisasi lima fungsi utama manajemen adalah planning,
organizing, staffing, leading, dan controlling, Pada pelaksanaanya, setelah
rencana dibuat, organisasi dibentuk, dan disusun personalianya , langkah
berikutnya adalah menugaskan atau mengarahkan anggota menuju ke arah tujuan
yang telah di tentukan . Fungsi pengarahan ini secara sederhana membuat
anggota melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang diinginkan dan harus mereka
lakukan.
Memotivasi
organisasi merupakan kegiatan kepemimpinan yang termasuk di dalam fungsi ini.
Kemampuan ketua organisasi untuk memotivasi anggotanya akan sangat menentukan
efektifitas ketua. Ketua harus dapat memotivasi para anggotanya agar
pelaksanaan kegiatan dan kepuasan kerja mereka meningkat. Jika ketua membiarkan
anggotanya berjalan tanpa motivasi, maka bisa di pastikan kinerja organisasi
yang memburuk , menemukan kegagalan program kerja bahkan terancam
bubar.
Menurut
Atkinson, suatu organisme (dalam diri manusia dan hewan) yang dimotvasi
akan terjuan ke dalam suatu aktivitas secara lebih giat dan lebih efisien
daripada yang tidak di motivasi. Motivasi organisasi sebisa mungkin
memahami masalah anggotanya , sehingga bisa memecahkan masalah secara formal
maupun informal . Baik secara organisatoris maupun pendekatan secara personal.
Sebagai
pimpinan organisasi , sebisa mungkin memahami masalah anggotanya sehingga
bisa memecahkan masalah secara bersama. Peran evaluasi sangat penting dalam hal
ini. Sehingga tidak ada anggota yang merasa terpaksa menjalankan roda
organisasi. Apalagi jika organisasi bersifat sukarela, alias tidak ada upah
kerja untuk anggotanya.
Motivasi Dalam Perilaku Organisasi
Reviewed by JANIEZ
on
November 24, 2017
Rating:
No comments: